THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Jumat, 06 Februari 2009

ANTARA KIAYI DAN DOGMA AGAMA YANG MENYESATKAN

Oleh : Rudi Rusyana*)

Islam bukanlah sebuah agama yang hanya mengutamakan spiritualisme belaka. Tetapi, Islam justru sangat menjunjung tinggi persoalan duniawiah, pasalnya urusan ukhrowiah(akhirat) tidak akan lancar, ketika jalan yang mengantarkannya kepada kehidupan ukhrawi tersebut tidak diperhatikan. Dalam sebuah doa, yang biasa Rasulullah SAW baca pada setiap wirid setelah shalat lima waktu, beliau mengajarkan kepada setiap muslim untuk senantiasa memohon sekaligus berusaha, agar dapat memelihara kestabilan kehidupan dunia saat ini dan kehidupan akhirat kelak, agar dapat meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Doa tersebut, bahkan telah masyhur(populer) sekali dan orang banyak menyebutnya dengan istilah doa sapu jagat, (Rabbana atiinaa Fi Dunya Hasanah Wa Fiil Akhirati Hasanah Wa Kiinaa Azab aN-Nar ;.”Ya Tuhan kami,berikanlah kepada kami kehidupan dunia dan kehidupan akhirat yang baik dan jauhkanlah kami dari azab neraka”

Sebut saja, salah satu ilmuwan barat yang terkenal dengan teori relatifitasnya, Albert Einstein, pernah memberikan gambaran secara gamlang dalam setiap forum ilmiah, yang biasa di hadiri oleh seluruh ilmuwan kala itu. Eisntein memaparkan tentang hubungan kausalitas antara pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dengan pemahaman akan ajaran religi(agama).Menurutnya, seseorang baru bisa dikategorikan sebagai seorang ilmuwan sejati, ketika ilmuwan tersebut yakin akan adanya Tuhan(baca:Allah SWT;Islam) berikut ciptaan-Nya. Sebaliknya, seorang gerejawanpun (Ulama:dalam Islam), tidak akan dapat sempurna memahami isi kandungan kitab sucinya, jika tidak menguasai atau bahkan tidak mau mengenal ilmu pengetahuan.

Pendapat Einstein tersebut, cukup argumentatif, karena masa itu, para ilmuwan tidak mau memercayai adanya kekuatan ’supranatural’ (abstrak) yang dapat mengendalikan semua jagat raya beserta isinya ini.Mereka telah sombong dengan berbagai penemuannya, sampai-sampai tipe ilmuwan sepeti ini, berani berkata, ”semua ilmu yang ku miliki ini, terus bertambah bukan karena ada Tuhan, melainkan murni hasil memeras pikiran dan tenagaku, dalam mencari dan menemukan sebuah ilmu pengetahuan ”. Maka, Einstein sangat marah sekali, bahkan dia lebih berani lagi, dari mereka, Einstein mengatakan bahwailmuwan seperti itu, bukan ilmuwan sejati, tetapi ilmuwan yang lumpuh. Karena Einstein merasa yakin benar akan adanya kekuatan gaib dari semua penemuannya, sehingga tambah Einsten setiap ilmuwan akan memahami betul akan satu penemuannya, tatkala dia yakin bahwa sesuatu yang ditemukannya itu ada yang menciptakan dan mengaturnya.

Begitu pula sebaliknya, ketika Einstein bersilang pendapat planet bumi yang kita diami ini, berbentuk bulat seperti bola, orang-orang gereja (pendeta, pastur dan gerejawan lainnya) tidak memercayainya, para gerejawan sangat menentang sekali akan pendapat tersebut, bahkan tak sampai disana, sikap dan perlakuan gerejawan kepada pada ilmuwan yang berpendapat demikian, sangat tidak mencerminkan seorang tokoh agamawan. Padahal keseharian mereka, sangat kental dan akrab sekali ’menggauli’ al-kitab, sebagai kitab sucinya.

Sejarah membuktikan, jika tak sedikit para ilmuwan kala itu, yang mengakhiri masa hidupnya, dengan vonis di tiang gantungan, misalnya saja Galileo, ilmuwan tersebut rela mengorbankan nyawanya, hanya karena tudingan dianggap pendapatnya tentang dunia yang bulat itu telah menentang isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Al-kitab (Taurat dan Injil).

Akhirnya dampak negatif yang akan ditimbulkan, dalam pemahaman seperti ini, akan menggiring kepada seluruh umat beragama di manapun dan siapapun serta agama manapun juga, untuk dididik dan sengaja dicetak, sebagai umat yang dogmatis, dan dapat dipastikan tidak akan kritis, dalam menhadapi berbagai persoalan.

Sebenarnya, pola pikir para gerejawan dan rohaniawan saat itu, mengajarkan doktrinal-doktrinal menyesatkan, dengan alasan yang sederhana, yaitu tidak ingin kebodohannya tentang ilmu pengetahuan mereka, tampak di depan umat pengikutnya, maka dalih agama, mereka jadikan sebagai tameng (pelindung) akan pengetahuannya yang sempit tentang dunia ilmu pengetahuan.Maka, Einstein mengatakan pada para gerejawan seperi itu, dengan satu sindiran bahwa religi atau kehidupan spiritual tanpa ilmu pengetahuan berarti buta.Sikap Einstein demikian, menjadikan Einstein dijuluki seorang ilmuwan yang spiritual dan spiritual yang ilmuwan.

Sementara itu, ternyata dampak yang tidak terasa secara langsung oleh kita, dari penerapan pola pikir seperti di atas justru sangat membahayakan bagi perkembangan intelektual dan kualitas seorang cendikia ataupun ulama, bayangkan saja, ketika virus pola pikir dogmatis telah di tanamkan dalam setiap jiwa kita, maka sama halnya, kita sejak dahulu telah merakitkan sebuah bom waktu yang sudah menggunung dan mengkristal, untuk diledakan bagi kita sendiri, dan hal ini menjadi satu kebodohan abadi.

Selain itu, bahkan kerugian yang diderita umat Islam akan lebih besar lagi, tatkala pola pikir dogmatis masih ’dibudi dayakan’ dan mengakar di beberapa kalangan pesantren tradisional, atau bahkan oleh kalangan birokrat, politikus, dan beberapa pejabat, yang nota bene, harus dapat berpikir kritis serta lebih jenius dari orang-orang yang sudah jenius. Namun, realitanya malah terbalik, bukankah ini merupakan satu keterbelakangan dalam menerapkan satu ilmu.

Ada satu kelompok orang yang katanya, menamakan dirinya sebagai kaum intelektual, tetapi masih menganut paham dogmatis, dimana semua keputusan dan segala tindakan, masih menunggu sang kiayi. Yang lebih parahnya lagi, ketika pemikiran murni sang kiayi telah bias, karena tercampur berkas sinar ’sebuah kepentingan’, yang mengganggu hati dan alam pikirannya, maka kiayai tersebut, telah nyata-nyata menjadikan ilmu religinya, hanya sebagai tameng saja. Bukan sebagai tuntunan bagi umatnya lagi dan kiayi tersebut, sepertinya tidak jauh apabila kita masukan ke dalam kategorinya Einstein yang menyatakan sang gerejawan seperti ini, sebagai rohaniawan buta.Setujukah Anda?Wallahu A’lam Bi Ash Shawab**rd­­­

*) Penuli sadalah Staf Pengajar di SLB Negeri Purwakarta.

3 komentar:

  1. rosiana dinata memang penulis pemula yang berbakat, bagaimana tidak? karena dengan ketajaman hati dan serta kecerdasan pemikirannya, dia mampu menuangkan berbagai kondisi hati sang marginalis, dalam untaian kata yang sederhana, lugas dan bermakna. semoga penggemar blog dan artikel serta puisi segera membuka blog ini.
    sentana wijaya,jakarta.pemerhati sosial

    BalasHapus
  2. rosiana dinata, selalu membuat orang berdecak kagum, dengan berbagai alur kalimat yang diuntainya. sejak saya mengenal tulisan-tulisannya selalu membuat saya harus membaca, membaca dan membaca lagi, karena saking ketagihannya akan semua tulisan yang dibuatnya. dia bisa mengggambarkan sosok manusia yang tertindas dengan begitu jelas, dan juga gambaran kekerasan yang terjadi di negeri ini sarat dalam tulisannya. bagi anda pembaca setia blog. cepat deh buka blog rosiana.dinata and art. ditanggung ketagihan...!!!
    silvia panggabean, medan

    BalasHapus
  3. sungguh asyik membaca tulisan rosiana dinata, semua detail kata-katanya selalu memnggugah hati saya, sejak lama saya menunggu penulis seperti dia. saya berdoa, semoga dinata terus berkarya dan berkarya agar khazanah penulis di negeri ini semakin bercorak ragamnya.
    wahyu somadipraja, bandung

    BalasHapus