Jumat, 29 Mei 2009
SOAL UJIAN MAHASISWA STIE
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ. MUTTAQIEN
TAHUN AKADEMIK 2008-2009
Mata Kuliah : Islam III (Masalatul Fiqhiyyah)
Program Studi : Manajemen dan Akutansi
Semester : III
Sifat Soal : Tonk tuank toonk and luax lieux sebab Tuhan kita senatiasa hidup,
kerjakanlah dengan penuh suka ria dan riang gembira !
SOAL :
1. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk hidup berdampingan secara damai, namun di tataran realitas, masih banyak yang terputus silaaturahminya hanya karena berbeda paham dalam persoalan fiqhiyyah. Persoalannya, apa yang akan anda pilih :
a. Mempertahankan keyakinan paham fiqih yang anda jalankan selama ini dengan rela menginggalkan silaturahmi dengan saudara sendiri.
b. Lebih memilih mempertahankan persaudaraan dengan terpaksa mengorbankan keyakinan pemahaman fiqih anda.
Apapun jawaban anda, yang penting alasannya yang argumentatif!!
2. Fungsi ushul fiqih dalam ajaran Islam sebagai salah satu alat dalam memperjelas beberapa hukum-hukum Islam yang masih global atau bahkan belum ada ketetapannya dalam sumber hukum Islam (Al-Quran dan As-Sunnah).berilah satu contoh hukum seperti apa yang dimaksud dalam persoalan ini.
3. Banyak madzhab di dunia ini, yang kita kenal saat ini saja ada 5 madzhab (Maliki,Syafii,Hanafi,Hanbali dan Ja’fari),faktor apa saja yang melatar belakangi terjadinya perbedaan madzhab tersebut.
4. Deskripsikan oleh anda materi yang akan anda bahas dalam perdiskusian nanti,minimal moqadimah, inti materi,dan penyelesaian masalanya.
5. Tidak ada satu ulama fiqih atau madzhab manapun juga mengajarkan kesalahan, keburukan, kemaksiatan dan lainnya, tapi semuanya pasti mengajarkan kebaikkan, kebijakan, kebajikan dan bertujuan mencari satu titik kebenaran yang sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah Rasulullah, maka bagaimana menurut anda dengan satu keniscayaan, tentang satu keyakinan dari kalangan umat Islam sendiri, yang menyatakan bahwa umat yang akan diakui menjadi umat nabi SAW, adalah yang mengikuti sunnahnya,sedangkan kebenaran itu hanya satu, tidak akan ada dua, maka?menurut anda sendiri bagaimana?
Selamat Menikmati
Jumat, 06 Februari 2009
PUISIKU
Ucapan Terima Kasihku
Tiada kata yang paling pertama dan utama, untuk aku sampaikan pada kesempatan ini, hanyalah kalimat Alhamdulillahirabbil’alamin, sebagai rasa Tasyakur bi nikmat, kepada Sang Khaliq, yang senantiasa melindungiku dan memberkahiku, dalam proses penyelesaian buku sederhana ini. Sehingga sampailah buku sederhana ini di tangan pembaca.
Selain itu shalawat dan salam penghormatan aku curahkan kepada Panglima Revolusi Islam Muhammad bin Abdillah sang Nabiyullah dan Rasulullah SAW, yang hanya karena beliaulah aku dapat menulis buku ini. Sebab banyak sekali kata-kata bijak yang selalu disampaikan beliau, ke telingaku melalui beberapa catatannya yang diabadikan oleh para muhaditsin dalam beberapa kitab hadits (kutub as-sittah), yang menjadi beberapa inspirasi tulisanku untuk buku ini.
Selanjutnya, tak lupa pula, kepada kedua orangtuaku serta kakak-kakakku, aku sampaikan terima kasih, atas doanya, yang telah sudi dan ikhlas, serta penuh kesabaran membesarkan, mendidik dan membimbing serta menyekolahkan aku sampai ke bangku perguruan tinggi, karena mereka aku dapat bekreatifitas seperti ini, mudah-mudahan semua amal ibadah serta amal salehnya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan berupa pahala dan magfirah-Nya, serta dapat berkumul bersama kembali kelak di tempat yang dicita-citkan oleh semua orang, yaitu di surga.
Selain itu, ada yang tak luput dari ucapan terima kasih dan apresiatifku, yaitu kepada istriku tercinta Neng Ika Mardiah, ’Sang Bunda’ dari tiga buah hatiku yang selalu setia, memberi dorongan kepadaku, tatkala aku pesimis dan sempat putus asa untuk merampungkan buku ini.
Kecupan sayang dan terima kasihku pula, aku sampaikan kepada anak-anakku; Fikri Azhari Fuadillah, Najla Asqiya Naila dan ’si bungsu’ yang lucu dan polos Najmi Aulia Afifah, yang selalu terganggu ruang dan waktu bercengkramanya denganku, yang seharusnya aku curahkan bagi mereka, terkadang sering aku curi, hanya untuk menyeleksi tulisanku ini. Juga ketenangan istirahatnya, tak kurang selalu terusik dengan alunan musik Kenny G, Ebiet G Ade, Koes Plus, The Beatles dan lainnya, yang biasa aku putar menemani heningnya malam, selama aku mencurahkan harmoni hatiku yang tertuang dalam beberapa untaian kata, seperti yang terungkap dalam buku ini.
Ucapan terima kasihku ini seterusnya, aku sampaikan pula pada para sahabatku, yang juga punya andil, baik langsung maupun tidak dalam merampungkan buku sederhana ini, yakni kepada Kang Ahmad Gunawan, Kang Aep Saepulloh ICMI Jabar, Kang Yusep Solihudin, Kang Asep Gunawan (asgun), Kang Haem Kirman,Lc,Kang Tiar Anwar Bahtiar, Kang Rosihan Fahmi, Kang Indra Gunawan Ki Lurah Kersamanah Ancol Garut, Mas Surya Hadi Darma serta sohib-sohibku lainnya yang tak dapat aku sebutkan yang turut mendorong pula akan perampungan buku ini, juga tak ketinggalan segenap kru Penerbit ............... yang telah sudi menerbitkan tulisan aku dalam bentuk buku ini.
Semua guruku sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, tanpa mereka aku tidak akan dapat menulis buku ini, bimbingan mereka sangat menentukan keberadaanku saat ini. Teman-temanku di Balai Jurnalistik ICMI Jabar, rekan-rekan dan mahasiswaku di kampus STAI, STIE dan STT DR.KHEZ. Muttaqien Purwakarta, SLB Negeri Purwakarta dan SLB Bina Insani Purwakarta.
Walau dengan sangat tertatih-tatih dan terbata-bata akhirnya tulisan yang sedianya telah rampung sejak tahun 2000 ini baru dapat dinikmati oleh para pembaca yang budiman saat ini. karena curah ide atau pola-pola penulisan ini, sebenarnya telah berjalan sejak tahun 1998 sampai 2008 namun karena satu dan lain hal, tulisan ini baru dapat terbukukkan di tahun 2009 ini.
Namun, apapun hambatan dan rintangan itu, Alhamdulillah ada penerbit, yang interest juga, akan tulisanku, yang masih terkategorikan sebagai penulis pemula ini.Hal inipun sekaligus merupakan penghormatan yang tiada taranya yang diberikan penerbit ........ beserta kru kepadaku.
Maka wajib hukumnya aku sampaikan Jazakumullah Khairan Katsiran kepada penerbit ................ini.
Akhirnya ucapan terima kasih pula kepada segenap elemen yang tidak dapat saya sebutkan semuanya di dalam lembaran yang terbatas ini.Mudah-mudahan buku sederhana ini sedikit banyaknya dapat membuka mata batin kita untuk melakukan satu gerakkan dalam jiwa raga ini, untuk merubah satu kondisi ke kondisi lainnya, sesuai dengan ajaran dan arahan sang Rasulullah SAW, bahwa Allah tidak akan merubah kondisi suatukaum jika kaum tersebut tidak merubahnya. Wallahu A’lam Bi Ash-Shawab.rosiana dinata*
Purwakarta, 25 Januari 2009
Penulis,
Rudi Rusyana
PENGANTAR PENULIS
Bismillahirrahmanirrahim
Perjalanan ini memang sangat panjang dan melelahkan, namun kita tidak mungkin lari dari realita semua ini, karena Allah SWT menciptakan bumi dan langit serta segala isi di antara keduanya, tidak lain untuk diolah serta dipelihara. Karena itu, kita sebagai hamba-Nya wajib mengikuti dan memelihara semua ini.
Kenikmatan dunia saat ini dan akhirat kelak, sebenarnya akan dapat diraih, karena diri kita sendiri. Artinya kita semua dapat merubah satu kondisi ke kondisi lainnya. Saat ini kita saksikan, bahwa negeri tercinta ini, tengah dirundung kenestapaan, mulai dari datangnya, berbagai musibah terjadi dihampir wilayah inddonesia, baik itu bencana alam berupa banjir, longsor, gempa bumi. Selain itu, di belahan dunia timur tengahpun, kini bergejolak kembali, sementara invasinya Amrik ke Irak masih berkecambuk, kini Palestina menjadi santapan kekejian dan kebiadaban ‘musuh bebuyutannya’ Israel.semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan Nasru Minallah pasti akan datang, bersabarlah wahai saudaraku!
Belum lagi, musibah yang diakibatkan ulah tangan kita sendiri, seperti, pembunuhan, pemerkosaan, berbagai pelecehan, serta aksi-aksi ketidak adilan masih terjadi merajalela, di negeri yang konon katanya menjunjung tinggi sekali keberadaan hukum serta pembelaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Semua itu akan dapat kita rubah asal ada kemauan yang kuat serta didukung oleh usaha yang keras, karena Allah tidak akan merubah keadaan (nasib) satu kaum atau bangsa, jika kaum atau bangsa tersebut, tidak memiliki keinginan yang kuat serta usaha yang keras untuk merubahnya. Artinya, selain atas kehendak-Nya, tetap harus ada peran serta kita, sebagai hamba-nya yang bergerak untuk melakukan usaha kearah perubahan.
Buku yang sedang sidang pembaca pegang ini, merupakan buku kumpulan puisi, yang dihadirkan untuk menggambarkan, berbagai fenomena hidup, yang terjadi sehari-hari di lingkungan tempat kita bergaul, beristirahat, mencari ilmu, mencari nafkah, beribadah, bermain, bermimpi, bersolek, bermusuhan, bertengkar, berdamai, bersosialisasi dan seabreg kegiatan yang senantiasa melingkupi hidup dan kehidupan kita.
Selain itu, buku ini pun bermaksud mengajak kepada para pembaca untuk sama-sama merenung dan mentafakuri semua kehidupan yang telah sedang, dan akan kita lakukan dengan seabreg kegiatan itu. Karena apa? Karena setiap jenggal kehidupan pasti selalu penuh dengan liku-liku, terkadang jika kita telisik dari paradigma pemenuhan kebutuhan duniawi, sebagian di antara kita sering dihadapkan oleh berbagai kendala, rintangan, serta tantangan dalam meraih kesempurnaan pemenuhan kebutuhannya.
Tapi ada pula, saudara kita yang selalu dimudahkan dalam mencapai pemenuhan kebutuhan kehidupannya itu. Atau bahkan, ada pula saudara kita, yang seolah-olah telah dianggap berhasil dalam menjalani hidupnya menurut masyarakat pada umumnya, tapi justru sebaliknya, mereka merasa belum puas juga, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Lebih jauh, kitapun sering melihat, jika ada pula tetangga atau kerabat kita yang sudah merasa sempurna, mereka menganggap kesempurnaan itu, dapat diukur dengan tolak ukur pragmatisme dan matrealisme. Sehingga dalam karakternya, selalu harta, tahta dan wanitalah kejaran utama di dunia ini. Sedangkan kehidupan akhirat bagi diri mereka urusan belakangan.
Ketika ada satu sebutan atau predikat dari masyarakat, kepada satu kelompok, dengan sebutan ‘si kaya’, maka tentunya kata ‘kaya’ muncul karena adanya kata ‘si miskin.
Dengan adanya pendikotomian strata kehidupan tersebut, terkadang akan melahirkan sakwa sangka yang negatif, ketika keduanya dipertemukan. Misalnya saja, si kaya akan terus memendam rasa curiga, akan semua gerak gerik atau tingkah laku si miskin, sekecil apapun yang dilakukan oleh si miskin, pasti akan selalu dicurigai dengan rasa kecurigaan yang berlebihan. Maka,tentunya hal tersebut akan membuat jurang di antara mereka semakin menganga lebar.
Sebaliknya, si miskin pun, karena mendapat perlakuan demikian, mereka selalu merasa dalam posisi tertekan, terjepit, dan sering dijadikan objek yang dipersalahkan, akhirnya memendam rasa benci yang berlebihan pula terhadap si kaya.sehingga akhirnya berbuntut komunikasi di antaranya mengalami disharmonis.
Ketika kondisi sudah disharmonis di antara keduanya, maka akan terlahir satu gejolak sosial yang panas, yang tidak menuntup kemungkinan akan sampai pada titik kulminasi, berupa pertempuran fisik. Maka, sudah barang tentu, akan merugikan kedua belah pihak.
Lahirnya gejolak panas, yang dibakar oleh rasa dendam yang bersemayam di hati kedua belah pihak ini, pada hakikatnya hanyalah disebabkan di antara mereka tidak memahami konsep ke-Agungan serta ke Maha Kuasaan Sang Pemelihara.
Namun jika kedua kubu yang selalu berseteru tersebut, mengerti dan memahami semua konsep kehidupan yang disodorkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka konsep hidup berdampingan dengan suasana damai dan sejahtera akan tercipta dan dapat dinikmati bersama.
Karena itu, puisi-puisi yang sajikan dalam buku ini, ingin memberikan warna hati kembali, kepada kita semua, yang mungkin sempat lupa, untuk kembali meyakinkan, agar ketika kendala datang menghampiri, pasti akan selalu disertai dengan kemudahan. Tatkala rintangan datang menghadang maka secara tidak langsung solusi yang akan membereskan semua itu senantiasa ikut serta di dalamnya, begitu pula seterusnya.
Alangkah indah sebenarnya hidup ini, karena Allah SWT Sang Maha dari yang Maha, menciptakan semua ini dalam keadaan yang sangat sinergi, tatkala ada pria pasti ada wanita, ketika ada putih pasti ada hitam, begitu pula jika ada senang pasti ada susah dan tatkala siang tenggelam pasti malam akan menjelang dan seterusnya, maka dari itu tak terlalu salah jika ada ungkapan, yang mengatakan bahwa sepatutnya kita bersyukur dan hanya Allahlah yang wajib memiliki sifat sombong, karena semua manusia yang berada di dunia ini hanyalah sebagian terkecil dari ciptaan-Nya yang Maha Besar.
Pembaca yang budiman, buku ini berisi beberapa ungkapan dari sekelompok orang yang merasakan pahit perihnya hidup dan kehidupan, berbagai ketidak adilan serta ketidak pekaan orang disekelilingnya akan kondisi sesamanya diungkap dalam bahasa yang sederhana sekali, namun penuh arti yang mendalam. Kepedihan serta kenestapaan membuatnya melahirkan sebuah goresan-goresan kata yang penuh makna untuk menjalani kehidupan.
Seperti halnya yang lain, mereka pun masih ingin dihargai, karena mereka berujar dalam benaknya, bahwa walau kami bukan lahir dan tumbuh dari kalangan yang patut untuk dihargai, tetapi diri kami tidak dapat dihargakan hanya dengan sebuah benda atau bahkan hanya dengan beberapa lembar kertas, kami tetap merasa bahwa kami manusia, layaknya mereka yang selalu menghambur-hamburkan harga diri kepada orang lain, sementara dirinya tidak punya harga diri.
Terkadang tak sedikit, di antara kita hanya melihat fenomena dunia dengan akal pikirannya saja, tanpa mengikut sertakan hati nuraninya, tapi bukan berarti juga, kita senantiasa menghadapi hidup dan kehidupan ini hanya dengan hati saja.
Buku ini pun sengaja membawa pembacanya untuk memiliki rasa empati terhadap sesamanya dan bukan sebaliknya menimbulkan antipati akan sesamanya. Kenapa demikian?, karena ada sebuah pepatah mengatakan bahwa rasa simpati akan muncul apabila kita selalu berempati terhadap orang lain, sebaliknya antipati akan lahir tatkala kita tidak mengempati diri kita, dan salah satu cara termudah adalah dengan menabur dan menebar kebaikan.
Karena ketika sebuah kebaikan senantiasa menyertai kita, pada hakikatnya kebaikan yang kita tabur kepada orang lain, sama halnya kebaikan tersebut sedang kita tanamkan pada diri kita sendiri.
Kelimpungan seseorang dalam hidup pada dasarnya terlahir karena rasa penghidupannya sendiri, sakit dan sehatnya seseorang hakikatnya hanyalah tergantung pada penerjemahan terhadap sebuah persoalan yang sedang datang menghadangnya. Bahkan dokter sekalipun sering mengungkapkan bahwa kesembuhan seseorang itu akan sangat bergantung pada sugesti ‘sembuh’ yang datang dari dalam dirinya, karena ‘obat’ hanyalah sebuah perangkat atau alat bantu saja, yang fungsinya hanya mengurangi rasa sakit, bagi penderitanya.
Terkadang kita melihat bahwa kekayaan adalah segala-galanya, sehingga mereka berebut dengan berbagai cara dan upaya dalam mendapatkannya. Padahal pada hakikatnya esensi hidup manusia itu adalah jiwa, sementara jasad hanyalah materi yang membungkus nurani. Namun kebanyakan di antara kita, lebih sering melihat dirinya dan makhluk-makhluk lain di sekelilingnya, hanya sebuah materi, hingga kitapun terkukung oleg segala bentuk materialisme[1].
Karena itu, sangat wajar ketika bapak teologi Islam, Nabi Ibrahim As tatkala memberikan satu pendidikan yang sangat mendasar tetapi bermakna sangat dalam bagi kehidupan serta jiwa anak istrinya, ketika itu dirinya dipanggil oleh sang Khalik dalam menunaikan perintah-Nya. Maka ketika itu pula, anak serta istrinya ditinggalkan begitu saja tanpa dibekali makanan, atau uang untuk membeli makanan dan minuman (kekayaan), padahal di sekeliling istri dan anakny itu, tidak terdapat warung tegal, swalayan, depstore atau bahkan hotel untuk dijadikan tempat berlindung dari angin serta teriknya matahari padang pasir kala itu.
Namun, Nabi Ibrahim As tegar dan berangkat meninggalkan anak istrinya dengan sangat yakin, jika anak dan istrinya itu tidak akan mendapat kesulitan dalam mempertahankan hidup, dengan kondisi demikian. Apa yang menyebabkan Ibrahim tegar dan yakin seperti itu? Karena Ibrahim meninggalkan satu kekayaan yang tak terhingga nilainya, yaitu sebuah keimanan yang ditanamkan pada jiwa istrinya Siti Sarah untuk tetap yakin bahwa yang menjadikan tentramnya jiwa ini bukanlah harta benda dan kesenangan duniawi lainnya yang semu, namun ketenangan jiwa akan senantiasa terlahir dari jiwa kita yang selalu yakin bahwa semua yang ada di dunia ini ada yang menciptkan-Nya. Dan dengan begitu istrinya dibina untuk senantiasa mendawamkan (berkesinambungan) dalam jiwanya bahwa Allah SWT tidak akan membuat hamba-Nya menerima sesuatu cobaan yang memang hamba-Nya itu tidak mampu menerima dan menyelesaikannya.
Tujuh kali mondar mandir Siti Sarah mencari seteguk air, dan tujuh kali pula dirinya tidak mendapatkan air, yang dilihatnya hanyalah sebuah fatamorgana. Jika semua ujian itu, kita yang mengalaminya, maka mungkin sekali yang terjadi adalah bukan kepalang kita akan merasa gemas sekaligus membuat hati menyesali diri, kenapa dirinya mau ditinggal sendirian oleh seorang yang justru seharusnya melindungi dari semua mara bahaya yang akan mendatanginya, atau mungkin akan timbul sebuah pikiran lain yang sangat picik dalam dirinya bahwa, “ternyata aku telah salah memilih calon suami”, atau lebih parah lagi diri kita berujar dalam benak kita kalau suamiku ternyata bukan tipe lelaki setia dan akhirnya akan menimbulkan satu keputusasan yang berujung pada hal-hal yang diharamkan agama yaitu mengakhiri hidup.
Namun, lain bagi Siti Sarah, semua itu ditempuhnya dengan kelapangan dada, keikhlasan yang mendorong semua ujian yang terlihat berat menurut ukuran kita, terhempas begitu saja. Keimanan yang besar sebagai energi satu-satunya yang mendongkrak semua ujian dari diri dan anaknya. Sampai akhirnya semua kejadian itu diabadikan dalam sebuah syari’at yang senantiasa justru sebaliknya, mendatangkan berbagai rejeki bagi semua manusia yang ada di di dunia.
Dengan di syari’atkannya ibadah haji menjadi salah satu rukun Islam yang harus dijalani bagi penganutnya yang telah mampu, merupakan satu bukti bahwa Allah SWT tidak buta dan tuli akan doa hambanya yang benar-benar merasa menderita, dengan memohon dalam keadaan yang sangat ikhlas.
Allah SWT pun takkan menjadikan hamba-hamba-Nya menderita karena --ke-Maha Kuasaan dan Ke-Maha Kehendakkan-Nya--, justru dibalik semua maksud Allah SWT senantiasa diiringi dengan segala hikmah yang harus kita renungi dan tafakuri bersama. Semoga saja, dengan buku ini, hati kita dapat mendalami dan memaknai hidup dan kehidupan ini lebih bermakna lagi, dengan berkaca pada keteguhan dan ketegaran Siti Sarah dalam menerima setiap cobaan atau ujian yang singgah dalam cerita hidup di dunia fana ini.Wallahu A’lam Bi Ash-Shawab.rd**
Purwakarta, 25 Januari 2009
Penulis,
Rudi Rusyana
JERITAN SANG MARGINALIS
Ketika masih muda, kita selalu berharap ingin segera meminang seorang gadis atau pria, untuk kita jadikan sebagai pendamping hidup. Setelah pendamping itu hadir di sisi kita,seluruh curahan kasih sayang tertuju kepadanya, apapun yang dinginkan dan di mintanya, akan selalu kita hadirkan di hadapan sang pujaan hati. Walaupun rintangan serta resiko besar harus kita lalui dahulu, yang terpenting semua keinginannya dapat terkabul.
Namun, setelah itu, ternyata kasih sayang kita terhadap sang pujaan hati ini, terbagi dua, karena dari hasil persemaian cinta kita pada gadis cantik yang lugu itu, telah membuahkan satu momongan atau bayi, yang lucu. Setiap kita pulang dari bekerja, maka yang pertama ditanyakan dan diberi kecupan cinta yang ikhlas, adalah anak kita itu. Semua isi tas pun, tak luput, hampir tujuh puluh persen berisi keperluan untuk sang buah hati. Dan semua itu kita lakukan, tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun, ikhlas dilakukan, karena dasar sayang.
Begitu pula istri kita, dirinya tidak merasa iri, dengan perlakuan kita itu, sebaliknya dia merasa bangga, memiliki suami, yang sayang pada anaknya.kita atau Istri kita pun, rela waktu-waktu panjang yang biasa di habiskan bersama, saat ini telah tercuri oleh anaknya. Padahal setiap malam, sang ibu tidurnya, tidak senyaman ketika sang bayi belum hadir di antara keduanya, pasti ada beberapa malam yang tida pernah dilewatkan oleh kedua pasangan suami istri dimanapun untuk memomong anaknya yang selalu merengek-rengek, minta minum ASI atau kencing dan buang air besar. Begitu pula, tatkala makan pun, semua tidak senikmat dan seenak dahulu, ketika masih berdua, karena baru saja beberapa suap kita menyantap hidangan makanan, anak kita menagis rewel, ingin digantikan popoknya, karena kencing, dan lain sebagainya.
Namun semua itu, tidak pernah dijadikan keluh kesah, kita malah merasa bangga dengan kondisi seperti demikian, sampai-sampai sang ayah baru itu, dengan semangatnya menceritakan pengalaman begadang di setiap malamnya kepada semua rekan sekantornya, tak luput bosnya pun turut kena imbasnya, dia menjadi pendengar setia pula. Hal ini dilakukan demi menyambut dan membahagiaakan momongannya yang pertama terlahir ke dunia ini. Lagi-lagi itu semua dilakukan bukan untuk mencari ketenaran, tetapi benar-benar karena landasan cinta kasih dan sayang kepada sang buah hati.
Ketika, anak kita terus beranjak usianya, semua kelucuan, kepolosan serta kemanjaannya, selalu menjadi penghibur hati kita yang sedang kalut atau bingung. Pekerjaan seabreg kita di kantor, atau istri kita di rumah, menjadi tidak terasa berat, ketika anak kita menghiburnya, dengan candaan-candaan, yang dipertontonkan di hadapan kita, aktingnya bagai seorang aktris dan aktor kawakan, namun seratus persen tidak ada yang pernah dibuat-buat. Lenggokan badan serta tawanya yang berbahak-bahak tidak membuat kita merasa terganggu, justru semua kepenatan dan kesumpekkan kita dalam segala aktifitas sepanjang hari, lagi lagi, menjadi sirna bak ditelan lautan, semua seolah berlalu saja bagai air mengalir, semua terasa tentram, indah dan damai.
Namun ketika usia anak kita beranjak, menuju usia sekolah, semua itu, hanya tinggal kenangan saja, karena selepas anak kita memasuki bangku sekolah, keluguan serta kepolosannya mulai agak pudar, saat ini mereka, telah mengenal dunia baru di luar rumahnya, semua yang dilihat dan diamati oleh panca inderanya di luas sana, tersimpan dengan sangat rapih dalam memorinya, dan dia mulai mengajukan beberapa pertanyaan, yang sebelumnya belum pernah dia lakukan kepada kita.
Di masa ini pulalah, tugas kita pun bertambah. Jika dahulu, ketika mereka masih berada dalam fase balita (bayi lima tahun), semua tenaga dan pikiran kita, tercurah untuk mengawasi gerak geriknya tubuhnya, karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada buah hati kita tersebut. Namun, selepas mereka masuk ke bangku sekolah, kitapun semakin khawatir akan tingkah lakunya karena anak kita itu, masih berada dalam usia yang rentan tergiyur dan terbujuk, oleh ajakan seseorang yang tak dikenalnya di luar rumah, hal ini dikarenakan, eosi jiwanya belum stabil atau belum matang.
Dalam menghadapi lingkungan barunya, yang serba terbuka bebas, dari berbagai budaya yang datang tanpa reserve atau filterisasi itu, dikhawatirkan anak kita, akan mengadopsi semua yang hal yang dijumpainya di luar rumah, dan yang paling memprihatinkan, ketika mereka serta merta menerapkan semua hal yang dianggapnya asing dan baru itu, di rumahnya. Karena mereka pikir, ayah dan ibunya tidak pernah mengajarkan atau memberitahukan ada masalah-masalah yang asing menurutnya ketika dijumpai olehnya di luar rumah.
Masih dianggap baik, ketika yang dijumpainya itu persoalan yang mengarah kepada pengembangan dirinya terhadap hal-hal positif. Namun, jadi lain ceritanya tatkala, hal-hal yang dianggapnya baru dan asing itu, justru persoalan yang mengarah kepada kondisi yang memicu melakukan hal-hal negatif serta diluar batas kewajaran, misalnya saja, mereka telah bersentuhan dengan dunia mabuk-mabukan, narkotika, atau pencurian, dan hal ini dapat dipastikan akan terjadi pada anak kita, tatkala pemantauan dan pengawasan kita, jauh berbeda di saat anak kita tersebut masih dalam usia balita.
Memang, disaat anak kita menginjak masa sekolah, gerak gerik mereka, sudah agak longgar dari pantauan serta pandangan kita, karena masing-masing sudah memiliki kesibukkan serta kepentingan hidupnya masing-masing. Karena itu dampaknya, kita pun mulai meninggalkan anak kita untuk bermain sendirian atau hanya di temani ole teman-temannya yang baru di luar sana.
Dan anehnya, kitapun beranggapan dengan terus mengawasinya berarti sama artinya dengan mengekang dirinya untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang baru, yang dia kenal di dunia barunya tadi. Padahal, justru masa-masa sekolah inilah, mereka memerlukan perhatian yang lebih khusus dari kita, seyogiannya bimbingan dan arahan hidup harus senantiasa di sajikan kepadanya, tapi tentunya juga, dalam konteks dan pengetahuan seusianya, sebab alih-alih jika metode mendidik yang kita berikan tidak sesuai dengan masanya usia anak kita tersebut, semua hanya akan berbuntut sia-sia belaka, dan pendidikan dan bimbingan kepada anak-nak kita itu, dirasakan ole anak-anak kita sebagai sebuah intervensi bagi kehidupannya, yang diartikan oleh mereka sebagai sebuah ancaman akan kebebasan dirinya untuk berimajinasi, berekspresi dengan semua potensi yang dimilikinya saat itu.
Karena itu, semua didikan dan bimbingan tersebut harus, sedemikian rupa dikemas dengan konteks anak-anak. Sebagai antisipasi, akan pergaulan yang bebas tak terarah itu, maka kita harus sangat arif dan bijaksana menyampaikan kepada mereka, tentang sesuatu yang baik dan buruk, sesuatu yang akan menguntungan dan merugikan bagi kehidupannya saat itu dan kelak di kemudian hari.
Semakin besar peran kita dalam membimbing anak kita, maka semakin tebal dan kokoh pula membentengi pergaulan bebas anak-anak kita, begitu pula sebaliknya semakin longgar pengawasan dan pembinaan kita terhadap anak-anak kita,maka jangan diharapkan mereka akan memiliki benteng yang tebal dan kokoh dalam dirinya, dan akan mengakibatkan mereka kelimbungan tatkala badai datang menyapanya.
Kesalehan dan kedurhakaan anak kita, akan sangat nampak sekali ketika mereka beranjak dewasa, pendidikan serta bimbingan kita sejak, kecil sampai remaja, merupakan bekal yang sangat berharga bagi dirinya, karena masa itu merupakan pondasi yang paling kuat, untuk membangun sebuah bangunan kedewasaan yang kokoh. Kokoh dan tidaknya satu kedewasaan mereka tergantung sekali pada pondasi pendidikan mereka di waktu balita dan masa kanak-kanak. Karena itu, mereka bisa disebut sebagai seorang patner dalam hidup kita, manakala pendidikan dasarnya baik dan benar, namun bisa jadi mereka jadi sangat tidak bermitra dengan kita, karena mungkin pendidikan dasar mereka kurang kokoh.
Kedewasaan yang sangat mantap, dapat tergambar, tatkala mereka telah seusia kita saat ini, mereka bisa menjadi kawan dan mitra yang sangat baik, tapi bisa pula malah menjadi musuh terbesar kita.dan hal ini yang sangat tidak kita harapkan bersama.Karena itu, mari bangun pondasi pendidikan mereka sejak dini, dengan batu-batu dan besi kepercayaan yang bermodalkan norma agama serta budaya yang baik.
Itulah gambaran titipan ilahi kepada kita, ditangan kitalah sebagai orangtua, nasib generasi kita tersebut, baik buruknya. Anak bagaikan kertas putih, yang dengan pancaran kepolosannya, bisa diisi dengan apa saja, terserah kita sebagai orangtuanya. Jika kita mulai dengan, tulisan tulisan yang indah dan manis, Insya Allah kehalusan kasih sayang
dan cintanya akan langgeng sampai dia menutup mata. Anak tidak akan pernah berbohong dengan apa yang di lihatnya, begitu pula ketika kepahitan hidup yang dia temukan, pertama kali maka, tak jauh dalam garis hidupnya akan membekas kepahitan hidup itu sampai ajal menjemput mati.
***
MOMONGAN
Anakku adalah cerminanku
kala anakku nakal
kala anakku manja
kala anakku mandiri
Itulah aku ...
Anakku adalah buah hatiku
kala anakku gagal
kala anakku sukses
Itulah aku ...
Anakku adalah generasiku
kala anakku berbeda haluan
kala anakku sejalan
kala anakku menikam
kala annaku membela
Itu semua karena ulahku ...
Namun anakku bukan aku
Akupun bukan dia
Maka, dia tidak dapat menjadi aku
Akupun tidak dapat menjelma jadi dia
Aku memiliki alam berlainan dengan anakku
Karena anakku pun memiliki ruang dan waktu yang berbeda denganku
Tentunya, anakku bebas memilih warna hidupnya
Tugasku hanya membimbing, mengantarkan kekehidupannya
Dalam ruang dan waktu miliknya
.
Kedurhakaan dan Ketakwaan pada hakikatnya senantiasa bersemayam dalam jiwa setiap manusia, karena hal itu sangat jelas telah dihembuskan oleh Sang Khalik kesetiap hati manusia yang terlahir ke dunia ini sejak ditiupkan ruhnya.
Tujuan-Nya bukan untuk membuat makar dan menindas sesama tetapi justru sangat mulia, karenanya (kedurhakaan) disandingkan dengan ketakwaan dimaksudkan dapat menjadi kontroling akan amal baik kita.
Namun sayang, kebanyakan di antara kita justru lebih memelihara dan menggemukan kedurhakaan dibanding ketakwaan, yang imbasnya kedzaliman di muka bumi ini semakin merajalela.
Doa merupakan senjata metafisik yang sangat ampuh selain usaha kita dengan cara duniawi. Kebesaran Sang Pencipta dan Pemelihara tetap satu-satunya yang dapat menenangkan jiwa ini, tak ayal lagi jika memang sang terdzalimi memilih berdoa sebagai salah satu jalan terbaik untuk meraih kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Maka, wajar ketika para marginalis selalu menyempatkan waktu untuk selalu berkomunikasi dengan Khaliknya agar selalu terjalin kontroling akan diri dan kehidupannya. Serta mereka yakin benar bahwa yang mendorong akan satu perubahan bukan hanya usaha yang nyata tapi juga kekuatan doa sangat Sang Khalik melalui Ke-Maha Dahsyatan-Nya dapat menjadikan seseorang yang tadinya hidup jadi mati,mati jadi hidup, serta yang tadinya berkuasa jadi tak berdaya dan begitu seterusnya.
DOA SANG TERDZALIMI I
Sebongkah senyuman ...
Tengah merekah di antara bunga kebencian ...
Gelak tawa sang pemegang cambuk penderitaan
Memaksaku ...
Tuk meronta ....
Menerjang ...
Namun ...
Akhirnya ....
aku juga yang jatuh ...
Terhempas ....
Kedasar kenestapaan ...
Licik ...,
Licin ... iblis dunia
Melebihi iblis penggoda Adam As
Sungguh ....keji... sadis ....
Wajahmu semua hanya polesan
Wajahmu semua hanya mainan
Wajahmu semua hanya daging yang menempel pada tulang ...
Sungguh angkuh kau di dunia fana ini ....
Sungai keserakahan...
T’lah menghanyutkan cinta kasih
Safrudin, Mat Ja’i, Parman, Hasanah
Telah lama menjadi sampah yang tercampakkan
ke-Pongah-aN ...
ke-Angkuh-aN ...
ke-Keji-aN ....
ke-Kejam-aN...
manusia begelar itu ..
yang s’lalu menganggap dirinya
sebagai bangsawan ...dermawan ...., agamawan ... dan wan ... wan ... lainnya
Padahal ....
Hati mereka kering kerontang ...
Dari sejuknya rasa kemanusiaan
Wahai Pengatur dan Pemelihara alam raya ini
Tampakkanlah keberpihakan-Mu pada semua kaum tertindas
Bukakanlah pintu hati para iblis bergelar sarjana tuk segera tobat dihadapan-Mu
Hanya Engkau yang Maha Adil dari yang merasa paling adil di dunia ini
Persaudaaraan seseorang, akan tergilas seketika, oleh roda kebencian dan keanggkuhan si pelakunya sendiri, bahkan nyaris memenggal kepala kesadaran, ketika kepentingan telah di atas segala-galanya, sanak saudara, kau kerabat, yang dianggap akan menghalangi perjalanan kemunafikannya, akan terlindas habis, dimakannya.
Cucuran keringat saudaranya yang ikhlas dalam bekerja tak menjadikan dirinya iba dan menaruh belas kasihan, namun sebaliknya, dia semakin merajalela, menghakimi, dan bahkan langsung memvonis, jika saudaranya sendiri adalah penyebab kekacauan semua keberhasilannya. Inikah yang disebut persaudaraan?kecurigaan selalu mematri dirinya untuk tidak percaya pada saudaranya sendiri.
***
BAU TENGIK KERINGATMU
Kerdil hatimu
Kumal dan pekat kulit perasamu
Bau tengik keringatmu
Tapi aku sungguh tak merasa heran
Karena semua keringat serta bau badanmu
terbuat dari darah amis saudaramu sendiri sang kaum tertindas
Semua orang bisa tertipu, semua orang dapat menipu, itulah yang terjadi saat ini, banyak pria berdasi, tak sedikit wanita berjilbab, namun sayang mereka hanya melakukannya hanya untuk mengejar prestise saja bukan prestasi, mereka tahu apa yang mereka lakukan itu sungguh salah, namun mereka akhirnya merasa nyaman dalam kasur dan bantal kemunafikan. Mereka akhirnya tertidur pulas, karena telah cape sekali menipu ribuan orang, dengan gaya orasinya yang cakap.apa yang mereka cari dari kursi jabatan, yang telah diraihnya itu?apakah untuk mengganti pengorbanan rakyat kecil dengan meangakomodir semua kebutuhan dan kepentingan rakyat, yang dengan polosannya telah rela mengusung para pria berdasi dan wanita berjilbab semu, untuk menjadi wakil-wakilnya di parlemen?atau masyarakat hanya dijadikan eksploitasi belaka, demi terwujudnya prestise tanpa prestasi?
PRESTISE OR PRESTASI
Wajahmu memang ayu
Kulitmu bak awan putih
Tapi sayang ...
hatimu sebusuk bangkai babi
Tapi sayang ...
Jantungmu berdetak dengan ribuan liter lintah
Tapi sayang ...
Semua kebaikan dan keramahanmu
hanya sebuah topeng
Tapi sayang ...
Tak satupun prestasi kau ukir demi keadilan
Semua hanya demi prestise belaka
Semua hanya untuk memenuhi keserakahanmu pada dunia
Terali besi biasa orang sebut ‘penjara’ atau orang tua dulu yang pernah hidup di zaman kolonialis Belanda sering menyebutny dengan istilah bui, dan itu merupakan satu kata yang sangat menyeramkan, hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan kejam dan pahitnya hidup dibalik jeruji besi itu.
Namun, bagaimana jadinya jika terali itu ada dalam jiwa ini, tingkah laku dan kehidupan ini sengaja dikerangkeng oleh watak dan keinginan klise dan sekejap saja, yang akhirnya menyeret diri kita sendiri pada pemasungan jiwa.
Walau, raga kita bebas berkeliaran tapi jika jiwa yang terpenjara, tak seorangpun kuasa menahannya.
TERALI KEHIDUPAN
Langkah demi langkah.....
mulai kutapaki ...
Angin kehidupan mulai kurasakan terasa sesak
Sungguh terasa sesak sekali ...
Memang sesak ...sesak ... dan sesak ....
Baru Seratus meter ....
seratus meter kawan...
Kutapaki kehidupan ini
Tapi ...
Kakiku .... kaku, kilu dan linu
Lidah ...., mata ...., tangan ...., telinga ..... dan hati ini serasa mati rasa
Tak dapat berbuat banyak
Terali besi dijiwaku ini ...
sangat erat memenjarakan cita-cita ku ...
Kian hari ...
Kian terasa semakin kuat mencengkram semua sendi nyawa hidupku
Mungkin ini semua akibat dari dosa hamba-Mu
Hinaan, cacian, serta penindasaan yang teramat pedih
Kini t’lah lama tak berasa lagi
Mata batinku bergumam, “rasa sakit itu kini telah mengering dan mengkristal ...
Sehingga membuat mata jiwa ini sudah kebal dibuatnya”
Feodalisme dan Kolonialisme sebuah virus yang telah ditularkan oleh penjajah Belanda kepada bangsa ini selama tiga ratus lima puluh tahun lamanya, sehingga wajar jika dampaknya, telah melekat dan berkarat disetiap sendi kehidupan masyarakat kita sampai saat ini.
Ketakutan, ketertindasan dan pembodohan manusia akibat dari semua itu seolah menjadi adat dan budaya bangsa ini. Dunia serasa menjadi sangat pengap dan terjungkal, bagi mereka yang masih menganut kolonialisme dan imperialisme sebagai amunisi mempertahankan diri kekuasaan dan kesewenang-wenangannya, ketika beberapa gelintir orang sudah mulai ’melek’ untuk bangkit meninggalkan semua ‘isme menyesatkan dan menyengsarakan itu. Tapi fenomena penindasaan, pelbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia(HAM) malah bukan menyusut,melainkan lebih marak bermunculan.
Ya Allah… doaku kepada-Mu.”ku mohon,jangan sampai kugadaikan imanku hanya karena sudah tak kuasa menahan perih dan pahitnya semua kenestapaan dan ketidak adilan ini.Hanya Engkau yang dapat mengubah diriku terlahir menjadi manusia suci kembali.
SEBONGKAH FEODALISME
Terpuruk ...
Terpuruk ....
Oh.... aku terpuruk lagi .....
Setelah sekian lama aliran cita-citaku
Terhambat oleh sebongkah feodalisme
Jiwaku ...
terguncang sangat dahsyat karenanya ...
Denyut darah kehidupan seolah mati rasa
Karena terpukul oleh kolonialisme imperialisme sektoral
Jiwa ragaku ...
kini tak ubah bagai kuda rodeo
Semua jengkal hidup ini dipacu keras demi pemenuhan kepuasan sang matador
Putaran detik, menit bahkan bulan ...
sudah jemu menyaksikan penderitaan yang tak berujung
Ya ....Allah ....
Ya ... Robbku ...
tolong tampakkan keadilan dan kemaha kuasaan-Mu dihadapanku
Sang Pencipta telah membentuk manusia dengan sebaik-baiknya bentuk, baik ragawi maupun jasmani, bohong jika ada satu anggapan ada manusia bodoh, karena semua diberi akal pikiran oleh-Nya dengan sama rata. Namun, kenapa jika demikian?ada nilai yang muncul dan membuat orang memiliki justifikasi antara salah dan benar, baik dan buruk, kaya dan miskin, takwa dan durhaka, ada suka dan duka, ada merah, kuning, hijau, jingga, dan biru?
Pada hakikatnya semua itu hanyalah sebuah rasa penghidupan yang direfleksikan dalam respon kita akan satu kondisi social, ekonomi, politik dan lainnya yang terjadi di antara kita. Takkan mungkin dalam perjalan hidup ini sampai terjadi dua rasa yang bertolak belakang muncul secara berbarengan, seperti ketika kita seang dirundung duka tidak mungkin sekaligus kitapun bergembira, ketika kita gelisah muncul berbarengan ketentraman, semua itu akan datang silih berganti tak mungkin berbarengan.
Namun kita harus yakin dan percaya, bahwa itu semua, semata bentuk kekuasaan-Nya, yang menciptakan dunia dan seluruh jagad raya dan isinya secara berpasang-pasangan. Tak mungkin hari selamanya siang, pasti berganti dengan malam, tak mungkin pula semua kesedihan terus mendera kehidupan seseorang, pasti ada kebahagiaan yang menyongsong di hadapannya, dan tak kan mungkin pula, ada kita saat ini, jika Adam As dan Siti Hawa tak terlahir lebih dahulu.Begitu pula rasa penghidupan kita di dunia ini, jika tidak Hitam pasti Putih.
JIKA TIDAK HITAM PASTI PUTIH
Warna kehidupan hanya ada satu ...
Jika tidak hitam pasti putih
Warna kulit hanya ada satu ...
Jika tidak hitam pasti putih
Hati ini pun hanya memiliki dua sisi yang berlawanan
Jika tidak hitam pasti putih
Siapapun dia, sisi warna hidupnya pasti hanya satu
Jika tidak hitam pasti putih
Pejabat , konglengmerat atau bahkan kaum melarat hanyalah sebuah predikat
Tapi, rasa penghidupannya tetap saja hanya satu
Jika tidak hitam pasti putih
Seribu, seratus ribu, jutaan, miliaran atau triliunan hanyalah sebuah nilai mata uang
Tapi, semua itu akan tetap berpijak pada dua pondasi
Jika tidak hitam pasti putih
Diri ini akan mendapat cacian ataupun pujian dari sesama
atau bahkan Sang Khaliq, dan .. lagi-lagi semua hanya karena dua penilaian
Jika tidak hitam pasti putih
Nilai rasa kehidupan tidak akan datang bersamaan
Namun tetap hanya akan muncul satu
Jika tidak hitam pasti putih
Warna hidup ini datang silih berganti
Jika tidak hitam pasti putih
Warna pelangi hanya tipuan mata belaka
Warna pelangi hanyalah bias dari percampuran warna
Hakikatnya hanya ada dua warna
Jika tidak hitam pasti putih
Terik mentari membuat mata kita terbalik dan terbelalak,sehingga kita tertipu di buatnya, kering kerontang ranting pepohonan satu isyarat sangat panasnya cahaya matahari. Namun, lagi-lagi kita terkecoh tatkala menatap jauh ke depan seolah ada seongok mata air yang jernih, yang dapat membuat dahaga ini terobati walau setetes, begitu pula kehidupan kita, kadang tertipu dibuatnya. Itulah kehidupan manusia, pada hakikatnya hanya sebuah fatamorgana.
FATAMORGANA I
Kesat sekali mata batinmu
Keras dan panas keinginanmu
Hitam kelam hasratmu
Legam darahmu tersirat di wajahmu
Walau manis bujuk rayumu
Tapi raut wajahmu tak dapat mencuri pandangan jiwaku
Linangan air matamu tak mengaburkan penglihatanku
Sungguh sang Penguasa akan melaknat dirimu
Karena ...
Seluruh hidupmu hanyalah fatamorgana
Sebuah perjuangan itu memang harus diarungi oleh semua manusia, namun jika perjuangan tersebut dikhianati oleh saudara sendiri bagaimana jadinya? Pengkhianatan demi pengkhianatan dilakukannya hanya untuk mencapai cita-cita pribadinya semata. Tak ada kawan tak ada saudara, ketika hati kita telah diselimuti oleh kemunafikan, semua pasti akan dilindasnya. Hanya doa di dada yang suci dan bersih, selalu siap mengantarkan kita pada satu kekuatan abadi, yang datang dari Sang Khalik.
LUKA HATI MENGANGA
Gerah badanku ...
karena panasnya api cemburu
Gelisah batinku ...
sebuah ungkapan rasa ketidak adilan
Peluh didahiku ...
menyiratkan perjuangan yang sarat dengan pengorbanan
Jatuh, lalu jatuh, kemudian jatuh lagi
Kini luka di sekujur tubuhku...
sudah tak terobati lagi ...
Bau amis darahku...
tercium sampai langit ke tujuh
Jerit kepedihanku ...
terdengar tembus ke penjuru akhirat
Kini ku hanya memiliki
Sebuah penantian yang tak berujung
Dari berjuta kedamaian yang Kau miliki
Ku t’lah kehabisan makna damai yang sejati
Lagi lagi soal perjuangan seorang manusia yang terjegal semangatnya, hanya karena seseorang yang memendam api kebencian, ketamakan dan keangkuhan. Selama dunia ini sesak dipenuhi orang-orang munafik, maka jangan harap keadilan dapat berdiri tegak.Dan hal ini akhirnya akan melahirkan kejengahan seseorang untuk berjuang, berkarya dan berekspresi.
JENGAH I
Semangat hidupku
kini telah terkena penyakit stroke
Bangunan jiwaku
kini telah roboh tertiup angin kemalasan
Tubuh luwesku
kini kaku karena darahku telah membeku oleh dinginnya kepekaan
Langkah gesitku
kini lamban oleh beban derita yang sangat pedih dan semu
Keceriaan wajahku
kini layu karena guyuran pelecehan kehormatan dan harga diri
Sejuknya jiwaku
kini kering kerontang oleh teriknya api kebencian
Indahnya mata, tajamnya telinga dan cakap bibirku
Kini memar karena hantaman kedengkian
Wahai Sang Pemilik Rahman dan Rahim
Dunia yang Engkau Jadikan,
kini t’lah tercemari kemunafikan
Ku memohon dengan derai air mata dihadapan-Mu
Ku bersujud dengan bersimbah peluh dihadapan-Mu
Tuk segera mengembalikan ketentraman jiwaku ini
dalam bersembah sujud kehadapan-Mu
dengan khusu’ dan ikhlas
Detak jantung manusia senantiasa berjalan ketika orang memelihara dan memberinya suplemen kehidupan, tapi ketika jantung itu tidak dapat berdetak lagi bukan pula berarti suplemen lupa kita berikan. Orang mengatakan,berjuang untuk makan atau makan untuk berjuang ?
***
SUBUH DI TENGAH PASAR
Sinar kekuningan
tengah berusaha tembusi
dinginnya udara subuh
Kepulan asap pekat
keluar silih berganti dari lubang sirkulasi alamiah
menutupi wajah-wajah sembab dan bibir lebam yang kaku membiru
Hiruk pikuk manusia
Dengan berbagai kepentingan
T’lah bersenyawa dalam desakkan dan desahan napas kepolosan
Pancaran sinar kebahagiaan
tersungging dalam senyumannya yang tulus
Mentari mulai merangkak
mengalahkan pancaran sinar petromak
Kernyit di dahi t’lah hilang oleh sejuta asa yang datang
walau masih menjadi siluet yang tak berkesudahan
Namun ...
keyakinan jiwa
menyiratkan jika dirinya tak pernah jauh berbisik kepada-Nya tatkala mentari terlelap tidur.
Ada sebuah syair lagu yang dilantunkan oleh,seorang penyanyi musik aliran Rock legendaris Ahmad Albar, bahwa “Dunia ini Panggung Sandiwara…”, tak salah jika itu ditujukan kepada planet yang kita diami saat ini, karena semua seolah sedang memerankan peranannya masing-masing dan esok harinya dapat berganti peran sesama rekan seprofesinya, dan bisa jadi pula peran kedua atau selanjutnya lebih melelahkan atau sebaliknya. Semua orang menjadi aktor dan aktris bagi dirinya sendiri, takada seorangpun yang tahu, apakah kesedihan yang tampak di permukaan itu, adalah perannya atau memang kehidupan nyatanya?semua hanya bisa menebak-nebak saja, karena Dialah yang Maha Mengetahui, atas segala tingkah laku hamba-Nya di dunia.
HIDUP HANYALAH SEBUAH PERAN
Aku adalah seorang aktor kehidupan
Begitu pula yang lainnya
Ketika aku berperan sebagai kucing maka aku kucing
Ketika aku berperan sebagai ayam maka akupun ayam
Dan tatkala aku berperan sebagai serigala maka akupun laksana serigala
Hidup memang setengahnya hanyalah peran belaka
Kala aku tak bisa berperan maka aku lapar
Kala aku tak dapat bersenandung maka akupun sakit
Juga kala aku tak bisa berlari dari lingkaran semu maka aku mati
Sebongkah batu tertambat dialiran air sungai, hari demi hari, minggu demi minggu terus dialiri air yang sangat deras, apa yang dicari dari kesinambungan itu ?apa tujuan akhir dari semua itu? Ataukah memang itu akhir dari tujuan kehidupan? Ternyata itu bukan akhir dari tujuan, kesenambungan kehidupan hanya sebuah proses menunggu waktu tibanya sebuah kehidupan yang kekal abadi.
Begitu pula kemunafikan, keangkuhan serta seabreg keangkara murkaan suatu waktu,pasti kan sirna oleh segumpal kedamaian yang abadi, walau semua itu memerlukan waktu yang panjang, dan itulah kehidupan, semua hanyalah proses menuju ebahagiaan abadi, kelak di nirwana nanti. Segelintir orang boleh tertawa menyaksikan kepedihan, tapi jangan salah sebongkah senyuman akan segera merekah dibalik kedamaian sejati yang terlahir dari kesucian jiwa yang terpancar dari hati nurani seorang yang saleh.
HIDUP HANYALAH PROSES
Andai kau mau sedikit bersabar
Andai kau mau sedikit ngerti
Andai kau mau sedikit menghargai sebuah proses
Betapa bahagianya kita
Betapa indahnya semua
Bak sebuah bunga yang tengah mekar terkena butiran butiran embun pagi
Belai kasih sayang takkan hilang begitu saja
Andai kau mau menjalani semua proses
Ku yakin smua katamu, gerakmu takkan sia-sia
Manisnya kehidupan pasti akan kau raih
Andai kau tahu hidup itu hanyalah sebuah proses
Kedamaian selalu menjadi dambaan setiap orang, tak terbatas oleh pakaian, atau makanan apa yang dimakannya. Tak ada si miskin dan si kaya, semua dapat menikmati kedamaian hidupnya. Kedamaian tidak hanya dimiliki orang berduit saja, kedamaian milik semua orang, si miskin tidak perlu risau dengan kata damai, hanya karena mereka tak punya harta berlimpah, sebab kedamaian bukan diukur dari banyak dan sedikitnya harta yang dimiliki. Jika hati ini tulus menerimanya, penderitaan hidup, dengan berbagai persoalan yang mengerubutinya,tidak akan terasa berat. Karena itu, ketulusan hati, merupakan muara kedamaian
DAMAI
Bunga-bunga cintaku
tengah bersemi di taman hati nan tulus
Kuncup bungaku
tengah merekah sebagai awal dari petualangan cinta
Daun-daun cinta kasihku
tengah menyertai indahnya hidup ini
Semerbak wanginya ketulusan hatiku
Tengah jadi syarat teraihnya kedamaian
Hembusan udara sejuk keramahanku
seolah menghempas kepedihan dan penderitaan hidup
Ulat-ulat kemunafikanku
Tengah terhadang oleh semua asa keyakinan
Yang sangat kuat serta abadi
Inikah kedamaian ...?
Kini tak sedikit orang berdandan cantik dan tampan, dengan jas dan dasinya yang gagah, dan dengan kerudungnya yang rapi dan bersih, mencerminkan kedua orang tersebt seorang cendikia dan taat beribadah, tutur katanya tak serampangan, prilakunya sangat santun, bahkan berjalanpun seolah diukur dan diatur, perangainya sangat santun dan bersahaja. Sehingga tak seorangpun yang tak terpukau dan bersimpati pada mereka berdua.
Sungguh sangat naif dan tak manusiawi, ketika dibalik semua itu, tersimpan bau busuk kemunafikan, dan tersirat kebohongan yang nyata. Mereka bertutur akan menegakkan keadilan, memberantas korupsi, dan mengayomi rakyat kecil. Mereka bertutur lagi, jika rakyat memilihnya menjadi seorang pemimpin di negeri ini, mereka akan menjadi pemimpin yang sangat respektif terhadap persoalan dan kesulitan rakyat banyak yang jelata, dan salah satunya mereka akan buktikan dengan hidup bersahaja. Dan itu, merupakan kata-kata penutup yang dilontarkan sang jurkam (juru kampanye) dalam setiap perjumpaannya dengan rakyat pemilihnya(konstituen).
Namun sangat ironis, ketika semua ungkapan itu meluncur lancar dan gencar, bagai hujan deras yang disertai petir dan angin puting beliung, menusuk telinga smpai daun hati.Mereka turun dari panggung dan ngeloyor memasuki sebuah mobil sedan mewah betuliskan Be eM We (BMW) keluaran baru. Tak hanya cukup sampai disana, mereka hambur-hamburkan sejumlah uang,pakaian dan beberapa macam bahan pokok, atau beribu-ribu bungkusan makanan ringan, dengan dalih memberikan sedikit bantuan kepada semua rakyat yang memerlukannya.
Poster-poster dan spanduk yang bergambar dirinya terpampang abis-abisan, disetiap sudut kota, bahkan sampai kepelosok-pelosok pedesaan, yang jalannyapun masih beralaskan tanah merah, wajah-wajah mereka bertengger. dengan warna yang mencolok dan ukuran yang sangat besar.
Serta dengan bangganya tertulis dalam poster-poster dan beberapa spanduk tersebuut rasa ’Ke-AKU-annya’, mereka dengan Pe-Denya, mengatakan ’pilihlah aku no sekian, pasti anda akan puas’, atau slogan lainnya berbunyi,” Jika memililh Aku No. Sekian, maka kehidupan akan sejahtera”.
Mereka berkampanye tentang bahayanya ketidak adilan dan harus dimusnahkan, tetapi dia sendiri justru yang menggalang kekuatan serta menindas kaum papa, mereka pun banyak meneriakkan kekejaman, penindasan serta pelecehan hak-hak asasi manusia saat ini sudah bukan hal asing lagi, padahal dirinya yang memulai semua itu.
Tak sedikit pula orang memropagandakan pentingnya pendidikan agar semua terbebas dari penjajahan tapi justru lagi-lagi mereka sendiri yang senantiasa perdetik melakukan pembodohan dan penjajahan edisi modern.maka siapakah yang harus meneriakkan semua ini? Sampai akhirnya dirinya tak tahu siapa sebenarnya?
SAYA ATAU AKU
Pilih ...
saya atau aku ...
Kata saya ....
Pilihlah saya ...
Kataku pun berujar
Wahai ...aku ...
tolong lah ...
pilih aku ....
Akhirnya ....
Aku ...
akan pilih aku ...
Dan saya
akan pilih saya ...
Kini tak sedikit orang berdandan cantik dan tampan, dengan jas dan dasinya yang gagah, dan dengan kerudungnya yang rapi dan bersih, mencerminkan kedua orang tersebt seorang cendikia dan taat beribadah, tutur katanya tak serampangan, prilakunya sangat santun, bahkan berjalanpun seolah diukur dan diatur, perangainya sangat santun dan bersahaja. Sehingga tak seorangpun yang tak terpukau dan bersimpati pada mereka berdua.
Sungguh sangat naif dan tak manusiawi, ketika dibalik semua itu, tersimpan bau busuk kemunafikan, dan tersirat kebohongan yang nyata. Mereka bertutur akan menegakkan keadilan, memberantas korupsi, dan mengayomi rakyat kecil. Mereka bertutur lagi, jika rakyat memilihnya menjadi seorang pemimpin di negeri ini, mereka akan menjadi pemimpin yang sangat respektif terhadap persoalan dan kesulitan rakyat banyak yang jelata, dan salah satunya mereka akan buktikan dengan hidup bersahaja. Dan itu, merupakan kata-kata penutup yang dilontarkan sang jurkam (juru kampanye) dalam setiap perjumpaannya dengan rakyat pemilihnya(konstituen).
Namun sangat ironis, ketika semua ungkapan itu meluncur lancar dan gencar, bagai hujan deras yang disertai petir dan angin puting beliung, menusuk telinga smpai daun hati.Mereka turun dari panggung dan ngeloyor memasuki sebuah mobil sedan mewah betuliskan Be eM We (BMW) keluaran baru. Tak hanya cukup sampai disana, mereka hambur-hamburkan sejumlah uang,pakaian dan beberapa macam bahan pokok, atau beribu-ribu bungkusan makanan ringan, dengan dalih memberikan sedikit bantuan kepada semua rakyat yang memerlukannya.
Poster-poster dan spanduk yang bergambar dirinya terpampang abis-abisan, disetiap sudut kota, bahkan sampai kepelosok-pelosok pedesaan, yang jalannyapun masih beralaskan tanah merah, wajah-wajah mereka bertengger. dengan warna yang mencolok dan ukuran yang sangat besar.
Serta dengan bangganya tertulis dalam poster-poster dan beberapa spanduk tersebuut rasa ’Ke-AKU-annya’, mereka dengan Pe-Denya, mengatakan ’pilihlah aku no sekian, pasti anda akan puas’, atau slogan lainnya berbunyi,” Jika memililh Aku No. Sekian, maka kehidupan akan sejahtera”.
Mereka berkampanye tentang bahayanya ketidak adilan dan harus dimusnahkan, tetapi dia sendiri justru yang menggalang kekuatan serta menindas kaum papa, mereka pun banyak meneriakkan kekejaman, penindasan serta pelecehan hak-hak asasi manusia saat ini sudah bukan hal asing lagi, padahal dirinya yang memulai semua itu.
Tak sedikit pula orang memropagandakan pentingnya pendidikan agar semua terbebas dari penjajahan tapi justru lagi-lagi mereka sendiri yang senantiasa perdetik melakukan pembodohan dan penjajahan edisi modern.maka siapakah yang harus meneriakkan semua ini? Sampai akhirnya dirinya tak tahu siapa sebenarnya?
***
ANTARA AKU DAN KAU
Aku bukanlah Kau dan
Kau bukan pula Aku
Kau takkan dapat jadi Aku dan
Aku pun takkan jadi Kau
Jika Kau memaksaku menjadi Kau
Dan Aku memaksa Kau jadi Aku
Maka Aku telah memperkosa Aku dan
Kau telah memperkosa Kau
Pemerkosaan merupakan perbuatan yang keji dan tak terpuji, biasanya dilakukan oleh manusia yang tak berprikemanusiaan. Pemerkosaan juga biasanya menimpa pada orang yang lebih lemah dari pelakunya. Tapi apa jadinya jika pemerkosaan dilakukan oleh diri kita dan pada diri kita sendiri? itu kiranya sebuah pemerkosaan yang dapat membunuh karakter diri sendiri.
Seseorang tidak akan dapat memaksakan dirinya, untuk menjadi oranglain, karena semua telah memiliki karakter yang berbeda dan melekat dengan jiwanya, jangan pernah berpikir kita akan dapat menyerupai orang lain, karena orang lainpun tidak akan mau menjadi kita.semua sudah diatur untuk mensyukuri dari apa yang diterima dari-Nya. Hanya satu yang dapat dilakukan yaitu mengambil sisi baik dari orang yang kita kagumi dan berskpresilah diri kita dengan mengkolaborasikan siffat idola kita dengan tetap mengedepankan karaktristik kita yang tulen dengan dirinya kita sendiri.
Jika kita tetap memaksakan, diri ini tuk menjadi orang lain, maka kita telah menyiksa diri kita sendiri, begitu pula ketika kita memaksakan jati diri kita berada dalam jati diri anak-anak kita, maka sama halnya dengan kita telah memerkosa mereka dengan semua ide serta obsesi kita sendiri, sementara hak mereka untuk brekspresi sungguh sangat terpasung.
ANTARA AKU DAN KAU
Aku
bukanlah Kau dan
Kau
bukan pula Aku
Kau
takkan dapat jadi Aku dan
Aku
pun takkan jadi Kau
Jika Kau
memaksaku menjadi Kau
Dan Aku
memaksa Kau jadi Aku
Maka Aku
telah memperkosa Aku dan
Kau telah memperkosa Kau
Semua kehidupan sudah diatur oleh-Nya, maka sabar dengan tanpa henti-hentinya kita terus berikhtiar, dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini. Tak ada yang mustahil di dunia ini, kadang hidup ini berputar seperti roda. Ketika kita menemukan jalan menanjak maka tersenyumlah karena setkita akan Maka yakinlah,jauh membentang di depan, jalan menurun t’lah menanti kita, sebaliknya ketika kita berjumpa dengan jalan menurun, maka menangiskah, karena dihadapan kita kita akan menemui jalan yang menanjak
TAKDIR I
Setiap
turun pasti naik
Setiap
hujan pasti kemarau
Setiap
beku pasti cair
Setiap
sedih pasti gembira
Setiap
ada pasti tiada
Karena itu yakinlah
Jika adanya ada karena tidak adanya ada
Cinta, seolah tak henti-hentinya diperbincangkan. Berbagai definisi cinta diurai dari berbagai kalangan dengan sejuta makna. Itulah uniknya cinta, semakin banyak yang membicarakan,malah semakin luas dan kaya pula maknanya.
Orang bijak mengatakan,”tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta”, semua ungkapan cinta,biasanya selalu di awali dengan sebuah kedekatan, yang satu sama lain t’lah merasa saling cocok dan berjalan seia sekata.
Sampai-sampai tak sedikit dari persahabatan berakhir diujung percintaan.Karena itu, ada juga yang mengatakan, bahwa cinta adalah detak jantung kehidupan. Karena jika cinta telah mati dalam diri manusia, maka hancurlah dunia ini. Dan ingat dalam sejarah cinta selalu dipuji, serta cinta yang hakiki hanya ada satu yaitu cintanya Sang Khalik akan hamba-Nya yang taat.
CINTA ABADI
Hitam hatimu
bak kayu terbakar
Keras jiwamu
laksana batu karang di lautan
Tapi kasihmu
lemah serapuh sarang laba-laba
Cinta murnimu
tak dapat diganti oleh senyuman serigala
cinta suci
tak dapat tergadai
walau hanya ...
dengan kerling mata hatimu yang tulus
Semua orang pasti mempunyai seorang sahabat, dan terkadang kepada sahabat tersebut, kita sangat percaya,akhirnya semua rahasia hidup kita ngalir ngegelontor diceritakan kepada sahabat kita itu.
Padahal Imam Gazali pernah mengingatkan tentang cinta untuk bekal kita hidup, “Cintailah kekasihmu sewajarnya saja, karena takut-takut dia menjadi musuh yang paling kita benci, Bencilah musuhmu itu sewajarnya juga, sebab akhir barangkali dia bisa saja menjadi orang yang paling kamu cintai”.
Tak ada yang paling setia di dunia ini, kecuali sang suami teladan dan istri salehah, dan semuanya bermuara dari saling percaya dan mengerti.
PENGABDIAN HAKIKI
Sahabat sejati
ada tatkala aku sangat membutuhkannya
Kawan setia
ada ketika aku sedang susah
Teman dekat ku
ada ketika aku sedang gembira
Istri solehah
ada ketika harga diri dan kehormatan suami sedang digunjingkan
Suami saleh ada ketika istri terfitnah zina
ibadah yang diwajibkan Sang Pemilik Hukum, tapi kadang pula sorban hanya dijadikan topeng dalam menutupi kelicikan serta kebengisan seseorang. Masih senada dengan kondisi di atas, sorban akan ternodai jika teriakan sang pemakainya itu hanya penglibur lara sesaat dan fatamorgana belaka.
Berteriak, kadang itu harus dilakukan oleh semua orang, karena itu konon katanya dapat membebaskan sedikitnya beban yang sedang kita hadapi dan rasakan.
Tapi ketika teriakan itu hanya digunakan untuk menindas dan menyingkirkan orang lain sungguh tak bermanfaat sekali.
TERIAK SANG PENGUASA
Teriakkan terkeras
hanyalah teriaknya sang penguasa zalim
Teriakkan paling lemah
hanyalah teriaknya sang marginalis
Sorot mata hati yang tajam
hanyalah milik kaum papa
Sorot mata hati yang picik dan licik
hanyalah milik penguasa zalim
Kaku dan kilunya lidah
hanyalah milik sang wakil rakyat penghianat
Lantangnya suara penderitaan
hanyalah keluar dari lidahnya rakyat jelata
SORBAN SANG PENDUSTA
Mulut manis sang pendusta hanyalah ungkapan hati yang paling busuk
Sorban sang pendusta hanyalah topeng keburukan perilakunya
Gelar haji hanyalah dijadikan kendaraan kemaksiatannya di dunia
harta hanyalah sebatas pemuas nafsu angkara murkanya di dunia
buat apa kita bermanis-manis mulut jika banyak orang sakit hati karena kita
buat apa kita berdalil jika hanya untuk berdalih
buat apa kita pakai sorban dan peci jika napas kita bau kekafiran
buat apa kita punya mobil mewah jika itu simbol dari keangkuhan kita
baut apa kita punya rumah dan barang-barang luks jika kita jadi budak karenanya
ketika mata hati kita telah tertutup segala kebenaran
ketika saudara kita menderita karena ulah kita
ketika tali silaturahmi terputus karena kita
ketika pituah dan wejangan terus mengalir begitu saja tak ada yang singgah setetes pun
di benak dan hati kita
maka yakinkanlah pada diri kita akan satu pertanyaan siapa sebenarnya kita ini ?
Kelak kita akan menjadi penghuni setia neraka yang paling bawah bagi manusia, manusia apa mana sih yang mau? harga diri seseorang ternyata tidak lebih jauh berharganya ketimbang seongok kotoran kerbau.
Jika kotoran kerbau banyak diburu untuk dijadikan pupuk, tapi manusia yang memupukkan kotoran kerbau tersebut ke tanah yang hendak disemai benih-benih padi, malah harga dirinya justru lebih rendah dari kotoran kerbau itu sendiri.Na’udzubillahi Min Dzalik
.
DAMAI
Bunga-bunga cintaku
tengah bersemi di taman hati nan tulus
Kuncup bungaku
tengah merekah sebagai awal dari petualangan cinta
Daun-daun cinta kasihku
tengah menyertai indahnya hidup ini
Semerbak wanginya ketulusan hatiku
Tengah jadi syarat teraihnya kedamaian
Hembusan udara sejuk keramahanku
seolah menghempas kepedihan dan penderitaan hidup
Ulat-ulat kemunafikanku
Tengah terhadang oleh semua asa keyakinan
Yang sangat kuat serta abadi
Inikah kedamaian ...?
KOTORAN KERBAU
Burung selalu dipuja
karena suaranya yang merdu
Ikan Koi, Louhan, Arwana diidam idamkan
karena cantiknya
Patung Garuda Bali, ukiran Jepara, sampai Borobudur di hargai
karena luhur budaya seninya
Presiden, menteri konglomerat disanjung
karena jabatan dan harta kekayaan yang dimilikinya
Tapi Aku …
Hanyalah seorang miskin yang tak berdaya
Hanyalah seongok kotoran yang bau busuk
Hanyalah segumpal darah yang disinggahi ruh
Yang telanjang ...
tak berharta
tak berharga dan
tak berpangkat
Orang hanya menjadikanku
sehelai kain keset yang kumal dekil tak berarti
Orang hanya menganggapku
Tak lebih dari sapi perahan
Tak lebih dari kuda pedati
bahkan lebih kecil dari kotoran kerbau
Tuhan …
Hanya Engkau
yang masih menganggap aku sebagai gundukan daging yang berjalan di bumi-Mu
Hanya Engkau
yang masih mau mendengar gelak tawa si miskin dalam deritanya
Dan … hanya Engkau yang malah memiliki rasa kemanusiaan dibanding manusia sebenarnya
Kadang kepolosan serta keluguan hanya dimiliki seorang anak ingusan, tapi jangan salah kepolosan serta keluguan itu justru pula jarang mendatangkan kehinaan bahkan sebaliknya semua itu yang mendatangkan sebuah kemuliaan. Jiwa seorang anak suci dan bersih akan sangat berharga jika dimiliki pula oleh kita orang dewasa.
POLOS
Ungkapan bocah
berarti kebenaran
Suara hati bocah
berarti kejujuran
Tingkah laku bocah
berarti kepolosan
Tidakkah kita orang dewasa malu dan mau menirunya?
Semua insan di dunia ini akan mengalami yang namanya kematian, dan Allah telah sangat jelas memberikan peringatan bahwa setiap manusia memiliki batas, tatkala kematian menghampiri semuanya tak ada yang dapat memundurkannya walau sedetikpun begitu pula memajukkannya, tapi semua itu tidak juga menyadarkan sang actor munafik, semua seoalh dianggap angina lalu dan mereka masih asyik dalam kedzalimannya.
BERAPA ..... SIH ?
Berapa lama sih umurmu
Berapa banyak sih hartamu
Berapa luas tanah milikmu
Sampai seangkuh itukah kau ?
Semua kesombongan diri, sebenarnya hanya akan menjadikan dirinya tersiksa kelak di alam keabadian, namun lagi lagi mereka tak mau sadarkan diri, mereka masih menginginkan keterpurukkan di alami oleh saudaranya sendiri sementara dirinya tak peduli semua itu.
Padahal Allah SWT ciptakan semua alam beserta isinya hanya untuk bertasbih dan menyembah kepada-Nya, bukan malah untuk saling caci maki dan menenggelamkan sesamanya demi pemenuhan kepentingannya sendiri.
KENAPA AKU ?
Burungpun
dapat terbang dengan bebas
Anjingpun
dapat melolong dengan sesuka hati
Kudapun
dapat berlari sejauh meteor
Ikanpun
dapat berenang sedalam lautan
Bahkan kerbaupun
dapat mandi sepuas-puasnya dalam kubangan
Kenapa aku
selalu terpasung
Kenapa aku
selalu terpenjara
Kenapa aku
selalu terkucilkan
Kenapa aku
selalu terhempas
Kenapa aku
selalu terhina
Padahal aku makhluk yang berakal
Semua yang dikatakan enak, indah dan asyik untuk dinikmati tentunya sesuatu yang mengandung keteraturan, seperti misalnya tatkala mentari terbit di sebelah barat dan tenggelam di sebelah timur, serta berganti dengan rembulan dan bintang gemintang merupakan satu peristiwa yang sangat indah, dan itu terjadi karena adanya satu keteraturan antara satu sama lainnya.
Begitu pula, ketika semua sendi hidup dan kehidupan berjalan sesuai dengan aturan yang telah ada dan tetap sampai dunia menutup mata, maka indah sekali perdamaian, kebersamaan dan seabreg kehidupan yang membuat kita nikmat dan betah dalam mengarunginya
IRAMA KEHIDUPAN
Mainkanlah
dawai kehidupanmu dengan indah
Mainkanlah
seruling hatimu dengan merdu
Pukullah drum, genderang
keadilan dengan tegas
Agar melahirkan
irama kehidupan yang enak
Bukan malah menjadikan orang sakit ingatan
Allah SWT Maha dari segala yang mengaku ‘maha’, karenanya Dia tidak akan menciptakan sesuatu tanpa perencanaan dan kekuasaan-Nya. Semua Dia ciptakan dengan kesempurnaan. Manusia merupakan salah satu ciptaan-Nya yang sangat sempurna baik jiwa maupun raga. Tapi justru dengan kesempurnaan fisik dan jiwanya terkadang manusia selalu angkuh dan sombong dibuatnya, padahal kesempurnaan seseorang bukan dilihat dari fisiknya semata.
Buktinya, tak sedikit orang yang cacat fisiknya tetapi memiliki hati yang suci dan sangat beradab, tapi sebaliknya banyak orang yang memiliki fisik sempurna namun sayang memiliki sejuta kecacatan mental(hati)
HATIMU CACAT GANDA
Bisu lidah hatimu
Buta mata hatimu
Tuli telinga hatimu
Keras keangkuhanmu
Tak luluh oleh panasnya darah penderitaan
Dalam fisik manusia ada ribuan sejuta komponen yang tidak terdeteksi oleh kasat mata, keberadaannya boleh dibilang sangat rumit bagi yang tidak tahu ilmunya, seruan orang akan memelihara dan menyayangi semua itu sudah sangat bering, bahkan bosan orang mendengarnya.
Dan ada satu yang keberadaannya dapat dilihat dalam bentuk nyata tapi hakikat dibaliknya hanya Allah SWT dan pemiliknya yang mengetahuinya. Itulah hati, orang dapat melihat hati, yakni segumpal darah yang telah beku diciptakan dari sejak awal, tapi tidak semua dapat mengetahui kebekuan hati seseorang akan perhatiannya terhadap lingkungan sekitarnya.
MILIKMU TELAH MATI
Darahku merah
begitu juga darahmu
Dua..... mataku
juga .... matamu
Dua ..... telingaku
juga ..... telingamu
Satu .... hatiku
juga .....hatimu
Tapi sayang ...
Walau semua sama, milikmu telah mati
Sementara ini, masih banyak orang meyakini bahwa bocah atau anak-anak adalah tangannya Tuhan, dan karenanya konon katanya jika bocah tanpa dosa menghembuskan napas terakhirnya, maka mereka langsung masuk surga tanpa dihisab dan di surga akan menjadi dayang-dayang yang akan melayani setiap kebutuhan orang takwa dan mutaqin.
Kesucian bocah kecil memang patut terlahir kembali dalam jiwa-jiwa orang dewasa, karena kesucianbocah itut telah sangat teruji validitasnya. Seperti jujurnya Allah SWT terhadap hamba-hamban-Nya akan semua ancaman dan janji-Nya.
HATI
Hitam
legam kulitku
Kotor
bau amis tanganku
Dekil
kumal bajuku
rombeng-rombeng celanaku
Keras dan kejam hidupku
Tapi aku memiliki yang tak kau miliki
Segumpal darah merah yang beku dan suci
Manusia memang selalu mengakatan pada dirinya bahwa akulah makhluk yang paling sempurna, padahal Rasulullah SAW sendiri tidak pernah membanggakan dirinya, malahan Rasulullah SAW selalu mengatakan bahwa “Aku adalah manusia biasa seperti halnya kalian, yang membedakan antara aku dengan kalian hanya satau, yaitu aku diberi wahyu sementara kalian tidak, selebihnya aku sama saja (manusia biasa).
Itulah yang pantas untuk mengawali komentar akan perenungan di bawah ini, karena apa? Karena semua yang kita lakukan selalu saja sebaliknya dengan apa yang Rasulullah SAW contohkan, misalnya saja, ketika kita menjadikan Iblis, Syaithan, Jin sebagai sahabat dalam hidup ini, sementara di lain pihak Allah SWT,para malaikat, para nabi justru kita jadikan musuh utama. Padahal Rasulullah SAW mencontohkan sebaliknya.
BOCAH I
Suara bocah
adalah suara Tuhan
Gerak gerik bocah
juga gerak gerik Tuhan
Ceria bocah
cerianya Tuhan
Jangan
kau hempas ke dasar lautan
dengan rasa,
Kemurkaan dan kebiadaban
Akibat dari selalu menjadikan Iblis dan kerabatnya sebagai sahabat, maka tak hanya manusia yang awam saja, yang akan masuk ’neraka dengan cara “ghaer hisab” (tanpa dihisab;diperhitungkan dan ditimbang antara besaran pahala dan siksa ), akan tetapi justru banyak sekali orang yang pintar dari berbagai disiplin ilmu yang turut pula terjerumus kelembah lenistaan serta kenestapaan.
Sehingga wajar ketika banyak orang yang kelimbungan karena tingkah lakunya sendiri. Orang demikian akan selalu merasa resah gelisah dengan semua yang telah didapatnya, mereka senantiasa tidak merasa puas dengan semua yang telah diberikan oleh Khaliknya, akhirnya mereka memakai jalan kompas demi semua pencapaiannya.
ORANG BILANG ....
Iblis selalu bersahabat dengan kemunafikan
Ia tertawa terkakak dengan semua kemenangan
Ia gembira dengan semua penindasan dan kebrutalan diri
Orang bilang
harta adalah segalanya
Orang bilang
jabatan basah jangan sampai lepas
Orang bilang
manusia itu sampah tanpa uang
Orang bilang
Iman hanya penghambat semua kesenangan dunia
Maka iblis berkata
“Mari kita lestarikan kekotoran jiwa ini agar dunia tetap ceria dan akhiratmu urusanmu sendiri
Setelah menatap semua perjalanan orang yang selalu merasa kekurangan, maka upaya menuju kesempurnaan versi dirinya sendiri dapat diraih dengan menggunakan seribu macam cara, di antaranya mereka selalu berganti topeng hidupnya, dan seraya mereka bergumam dalam benaknya “aku harus selalu memakai topeng arif dan bijaksana dalam memutuskan segala sesuatu, padahal dibalik semua itu akulah yang terkeji dan kejam se dunia.
KELIMBUNGAN
Hanya
karena selembar kertas bergambar
Hanya
karena besi berjalan
Hanya
karena kain yang melambung harganya
Hanya
karena batu, bata, kayu dan kaca yang diukir dengan megah serta mewah
Hanya
karena beberapa deret huruf di depan nama
Orang kelimbungan
Orang gelap mata
Orang mati mata hati
Orang kejam, dan dzalim
Orang rakus, sombong dan bungkam akan lingkungannya
Pada hakikatnya semua pihak selalu ingin disebut orang yang paling arif dan bijaksana, semua selalu memropagandakan bahwa segala sesuatu keberhasilan ataupun kemajuan hanya akan terwujud jika ada dirinya, padahal semua hanya semu saja, karena kehiudpan sebenarnya masih tetap seperti yang dahulu kala, atau bahkan saat ini justru semakin parah dan payah.
TOPENG
Semua
orang dapat jadi ramah
Semua
orang dapat jadi bengis
Semua
orang dapat jadi kaya
Semua
orang dapat jadi miskin
Semua
orang dapat arif serta bijaksana
tergantung topeng mana yang ingin dipakainya
TERCURI HATINYA
Aman, Ijah, Ruhimat
hanyalah korban
Walau ragawi terkoyak mereka tetap tegar
Jiwa mereka tetap utuh dan jujur
Mereka ...
tak seperti dirimu
yang tercuri hatinya oleh semua keangkuhan semata
Hati adalah mahkota kehidupan
Tatkala kita tak berhati
hilanglah mahkota harga diri kita
Sayang,
kini justru harta benda yang dianggap mahkota
Akal dan nafsu telah memperkosa dirinya
Kini hanya secercah harapan
Dan sebuah penantian yang tak bertepi
Tuk , mengembalikan kesucian jiwa yang t’lah terkoyak
oleh kebiadaban sang angkara murka
Mengapa orang banyak menyangka bahwa semua kebahagiaan, harkat, martabat serta kehormatan harus diraih melalui sebuah proses yang panjang dan memedihkan orang lain, semestinya semua kebahagiaan itu dapat diraih dengan sangat mudah hanya oleh sebongkah ketulusan serta kejujuran saja
LUKAKU T’LAH KEHILANGAN NYERINYA
Luka hatiku
semakin menganga
Nanah campur darah kehitaman
Berbau busuk dan amis
Seolah t’lah tak tercium lagi
Lukaku
kini sudah bisa tersenyum
Lukaku
kini t’lah kehilangan nyerinya
Penderitraan yang teramat panjang dan lama
T’lah membawa kabur nyeri lukaku
Ku bersimbah peluh dihadapan-Mu
Semoga doa hamba-Mu sang terdzolimi ini diterima di sisi-Mu
Ku memohon pada-Mu
Jadikanlah hatiku ini tegar dan sabar
Negatif film, memang masih banyak yang menggunakan untuk mengabadikan satu moment penting, akan tetapi ketika klise tersbuut dipakai dalam menjalani hidup ini, rasanya sudah tidak cocok lagi digunakan.
TAK HARUS
Kemesraan
tak harus lahir dari kemunafikan
Kebahagiaan
tak harus lahir dari kemewahan
Kedamaian
tak harus lahir dari kebengisan
Tapi semua dapat terlahir dari beningnya hati
Satu hal, sebenarnya tatkala orang ingin meraih satu kebahagiaan di dunia serta di akhirat, yaitu jika kita pandai mengatur waktu, karena sebuah kesempatan takkan terulang dua kali, tapi setiap jenggal kehidupan kita selalu berjumpa dengan kesempatan tersebut.
KLISE
Kusam wajahmu
walau kau suka bersuci
Sakit batinmu
walau kau seolah suka menebar senyum
Kotor niatmu
walau kau kadang suka iba
Kering hatimu
walau kau kadang suka mendengar kalamullah
Kenapa, kenapa begitu
Sebab semua itu
kau jalani hanya sebatas klise
KESEMPATAN
Luangmu
tak sedikit
Hartamu
tak terhitung
Sempitmu kadang
tak pernah ada
Sayang,
kau tak pernah mau cari kesempatan
tuk sedikit bersimbah tangis penyesalan di hadapan Sang pemilik jagad raya ini
DOA SANG TERDZALIMI II
Ya Allah
Dosakah hamba-Mu
jika ku memohon pada-Mu
Tolong
tukarkan kehidupanku dengan si lalim
Tolong
timpakkan penderitaanku padanya
Agar ia tahu dan rasakan
bagaimana pedihnya hatiku ini
Agar ia tahu dan rasakan
bagaimana pahit dan lukanya batinku
Ya Allah
Semoga doaku ini bukan furtasi akan ujianmu
Tapi hanya sebagai pelajaran bagi si lalim yang dzalim
LUKAKU SUKA HATI KAU
Luka hatiku
suka hati kau
Air mata kepedihanku
air mata keceriaankau
Nyeri batinku
kegembiraan nafsu kau
Ya Allah
Dengar dan saksikanlah penderitaanku dan kedzaliman dirinya
KALAULAH
Kalaulah bunuh diri itu dibolehkan
Akulah orangnya yang pertama kali menjalani
Kalaulah balas dendam membara itu dianjurkan
Akulah orangnya yang pertama kali melakukan
Suram kehidupan ini menjadikan aku lepas kendali
Ya Allah
Ku memohon kepada-Mu tuk meluluhkan hati sang pendzalim
Agar aku tak terjerumus kejurang nista dan murka-Mu
JANTUNGKU 1/2 HIDUP
Napasku
kini telah sesak penuh debu
Paru paruku
telah mati tak berfungsi
Jantungku
seolah nyaris mati tak memompakan darah lagi
Sekarat sebuah kata yang tepat baginya
Rasa kemanusiaan kini tinggal menjemput ajal
Kebahagiaan
ternyata tidak selalu harus dengan segala kemewahan, kemegahan dan keangkuhan,
justru hanya dengan sesuatu yang dianggap remeh
tak berharga terlahir sebuah kebahagiaan.
Kaya, itulah satu ungkapan yang selalu dikejar semua orang, tapi seperti apa sih kaya itu?justru semua tidak ada yang tahu persis. Ada yang beragnggapan bahwa kaya itu ketika kita t’lah meraih semua yang dicita-citakan , tapi ada pula yang mengatakan bahwa kaya hanyalah sebuah rasa dari penilaian saja, sebab ‘kaya’ tidak dapat diukur dengan materi tapi hanya dapat diukur dengan rasa.
WALAU KERUPUK
Walau
kerupuk makananku
walau
Nasi dingin dan kering penambah tenagaku
Walau
Teh pahit pelumas kerongkongan keringku
Tapi tak mengapa
Asal hatiku tenang, tentram dan damai
Biasanya orang normal akan merasa takut ketika dihadapannya ada seekor macan atau binatang buas lainnya yang siap menerkam, tapi orang akan lebih takut lagi tatkala ada sesamanya yang siap membinasakan jiwanya, hanya karena kita dianggap telah menghalang-halangi semua obsesinya.
AWAL
Kemiskinan
awal dari kekaya rayaan hati
Kekaya rayaan kepongahan
awal dari kemiskinan
WALAU SEGARANG MACANPUN
Manusia kikir
berarti telah memenjarakan dirinya sendiri
Harta bendanya
telah menimbun dalam dalam akal dan hatinya
Kehidupannya
tidak berhati dan berakal
Bahkan masih lebih baik dari binatang yang tak berakal
Tak pernah ada rasa
membinasakan keturunannya sendiri
walau segarang macanpun
MANUSIA MAKAN MANUSIA
Kapitalisme
t’lah mendarah daging dalam jiwa ragamu
Jiwa materialistikmu
t’lah semakin tampak dalam gerak gerikmu
Kebencianmu akan si miskin
sungguh kentara kental sekali
Kerling matamu
menyiratkan niat busukmu
Dan kini kau
t’lah menjadi manusia pemakan manusia
IBLISPUN KALAH
Ternyata
sumanto pun kalah
Hatimu lebih bengis
dari pecundang kelas kakap
Kebencianmu akan si miskin
melibihi bencinya iblis pada Adam
Nostaligia, itulah kiranya kata yang selalu menjadi penghias hidup seseorang tatkala foto kehidupannya t’lah kehilangan bingkainya, namun kita pun tidak diharuskan untuk senantiasa larut dalam sebuah kenangan, sebab dengan itu akan menjadikan kita terlarut semakin jauh dan dalam ke lembah kejumudan, mari kita abadikan semua kenangan indah tapi kita ubah menjadi sebuah energi dalam menjalankan roda kehidupan kita saat ini, bukan malah menjadi termenung dan akhirnya mati di dalamnya.
RINDU I
Lengkingan Saxofon Kenny G
jatuh menancap di jiwaku
Untaian nadanya membawaku
melayang pada sebuah kenangan yang tak terlupakan
di sepanjang napasku yang masih terengah
Suasana romantis
yang dulu menghiasi langkah-langkahku
terjaga di keheningan malam yang dingin
Senyuman manismu
memenuhi rongga hayalku
yang sempat lupa padamu
Perangaimu yang ramah serta periang
membangkitkan asa keemasan jiwa ini
Entah apa
yang kini tengah bersemayam dalam jiwaku
Cita-citaku yang telahku kubur dalam-dalam
kini berusaha kugali kembali
walau tanah harapan
telah sangat kering dan keras membatu larut dengan bumi
rasanya kuingin memeluk kembali
semua kenangan manis itu
kiranya kalau boleh kumeminta,
ku ingin kembali merasakan berbunganya hidup ini
bunga-bunga mekar di kebun cinta
yang tumbuh bersama kicauan burung kerinduan
mungkinkah semua itu dapat terjadi?
S’mua orang selalu yakin akan s’luruh pendapatnya yang paling benar, dan s’mua pendapat yang lain pasti menempati posisi yang salah, dan ironisnya orang selalu mengikuti kata hati orang lain itu, bukan malah seharusnya lebih menguatkan keyakinan yang ada dalam jiwanya.
Karena itu, kita akan lebih selamat kiranya tatkala menjadi orang yang hidup tanpa sehelai kainpun di tubuh ini. Sebab, saat ini hanya baju, celana serta dasilah yang patut dihargai dan pemilik harga diri, sementara jiwa dan raga hanya sebagai media tuk menggantngkan semua itu.
INDAHNYA TELANJANG
Aku tak tau mana jasadku
Kadangku tak sadarkan diri
Tatkala topengku menangis
Tapi jiwaku tertawa terbahak
Tatkala topengku tertawa
ternyata jiwaku menjerit kesakitan
kini ... Jas,dasi dan seabreg aksesorislah
sang raja sesungguhnya
Sandal jepit, baju rombeng dan seabreg rongsokan
Jadi sang tersangka
Aku sangat terbelenggu
oleh semua itu
Sesaatku termenung
indah sekali jika aku telanjang
Karena ku pasti
terbebas dari belenggu penilaian manusia picik dan busuk
Lagi-lagi manusia selalau saja terkalahkan oleh binatang yang tak berakal, kenapa demikian? Lihat saja ada sebuah komunitas yang senantiasa hidup sesuai fitrahnya, walau di antara mereka saling memangsa tetapi itu hanya satu bentuk SURVIVE mereka di dnuia ini, tetapi tidak berlaku untuk manusia, namun sayang, manusia saat ini justru memilih gaya SURVIVEnya hewan, sementara hewannya sendiri t’lah mulai meninggalkan semua itu menuju kebebasan dan kedamaian abadi yang mereka ciptkan dari hasil daya cipta dan karsanya setelah mengamati konsep SURVivenya manusia
BEBAS LEPAS
Nyiur di pantai
begitu leluasa berdansa mengikuti ritmik angin malam
Debur ombak berlari kejar-kejaran dengan sangat ceria
Hiu, Kuda Laut dan Karang lautan hidup berdampingan
Nun jauh di dasar samudra kedamaian
Bebas lepas mengekspresikan kehendak alaminya
Tak terkungkung oleh sejuta kepentingan sesaat
Kenapa alam selalu dianggap brutal dalam menemani manusia di dunia ini?, kenapa alam selalu menjadi kambing hitam semua bencana di dunia ini?kenapa pula alam selalu menjadi sesuatu yang dijadikan objek pengrusakan tangan-tangan manusia yang zalim, tapi ketika mereka diperingatkan untuk tidak berbuat kerusakkan, mereka malah memberikan alasan yang seolah tak berdosa sama sekali, mereka berujar “justru kami berbuat demikian untuk kelestarian serta kedamaian dunia”
KINI ALAM TAK MAU SENYUM
Tangisan alam
mulai susah dihentikan
Keramahan alam
t’lah ternodai kemunafikan
Canda tawa dunia
t’lah kaku dibuatnya
Udara keakraban
t’lah terpolusi kotornya hati
Ingkarnya manusia akan alam
tidak dapat diobati dengan obrolan tak berisi
Realitas sebuah kedamaian
hanya dapat dirasakan dalam keheningan cinta yang murni
Kehidupan memang penuh dengan kawat berduri, kurang-kurangnya kita dapat mengendalikan bahtera hidup ini ditengah dahsyatnya ombak lautan kehidupan, salah-salah kita dapat tertelan di dalamnya.
Maka, bimbingan seorang yang dianggap berwibawa, bertanggung jawab sangat ditunggu-tunggu dan sangat dicari oleh semua orang, dan salah satunya adalah figur seorang ayah yang sejati.
Tapi jangan salah, ayah yang sejati bukan berarti ayah yang selalu mengiyakan keinginan anak-anaknya, sampai ia terjerumus kelembah kenistaan dengan berbuat korup di tempat kerjanya, tapi ayah yang baik adalah ayah yang selalu memberikan bimbingan dan ajaran bagaimana kita dapat mengarungi lautan kehidupan ditengah dahsyatnya ombak rintangan yang menghadang kapan dan dimanapunkita berada.
AYAH
Sorot matamu
begitu tajam menusuk dibenakku
Belai kasihmu
tembus ke dasar kedamaian
Cengkraman jemari kokohmu
menggenggam satu prinsip
Otot kekarmu serta basah keringatmu
menjadi saksi perjuangan
Hitam legam kulitmu
bukti tanggung jawabmu pada ku
Tapi ....Kini …
Belaianmu
hanya tinggal bayangan di relung mataku
Cengkramanmu yang kokoh itu
telah lemas tertelan kerasnya hidup
Otot kawatmu
kini bagai tangkai yang layu
Hitam legam kulitmu yang dulu berisi
kini kurus terbungkus kulit yang kering kerontang
Namun …
Sapaanmu di pagi hari
masih terngiang di lubuk hatiku
Dekapan dada bidangmu
masih mengganjal dalam jiwaku
Walau hanya
tinggal bayangan kelam yang tenggelam
Ayah…
ku tetap berdoa pada-Nya agar engkau senantiasa diberkahi
Agar engkau senantiasa mendapat ridha-Nya
Semoga anakmu
ini tidak termasuk golongan yang durhaka padamu
RINDU II
Alunan syair Koes Plus bersaudara
mengajakku berlari kebelakang
Membuat benakku
merindukan sesuatu yang t’lah lama hilang
Alunan syair Ebiet. G. Ade pun
seolah membangunkan tidurku yang terlalu nyenyak
dinina bobokan oleh seabreg kehidupan kosmopolitan
Mengapa semua syair itu
menjadikan jiwaku menangis teramat sendu
Ya … Allah
berilah kekuatan jiwa ini
tuk menanggung derita yang tak bertepi ini
Mengapa … mengapa ku jatuh cinta lagi
pada semua nostalgia yang telah terkubur puluhan tahun
Kekuatan syair lagu itu
t’lah menyihir semua jiwa raga ini
Seolah ku ingin kembali kepada masa-masa indah berseri
AIR MATA KEDAMAIAN
Isak tangismu
membasahi dunia
yang t’lah lama kering akan air kedamaian
Daun-daun serta ulat-ulat keemasan
bersorak riang gembira
Menatap air kebahagiaan
yang membanjiri hijaunya persahabatan
Lebahpun bertasbih pada-Nya
akan semua yang kau perbuat
Ternyata di antara teriknya kekejaman
masih ada mata air kedamaian
Di dalam jiwamu yang papa
Gerah, dingin, berkeringat dan menggigil lagi-lagi hanya sebuah rasa dari penghidupan seseorang, sebab semua itu muncul kepermukaan hanya karena ada stimulus yang menghampirinya. Namun, semua itu jadi sangat berarti ketika kita memang ingin mengetahui masih berfungsi atau tidakkah semua panca indera kita saat ini, sebab alih-alih kita menganggap sebagai makhluk tersempurna di dunia ini tapi panca inderanya sudah tidak berfungsi seperti layaknya yang lain.
UDARA PANAS
Udara panas
terasa dingin bagai saljuTatkala kita berada
ditengah-tengah ingar bingarnya kekejian
Tajamnya pisau
terasa tumpul bagai bantal guling
Tatkala kita berada di antara para pencibir
MENTARI ITU KINI TAMPAK
Gemuruh api cemburu
berkecambuk di dada ini
Asa kehidupan ku
t’lah hanyut terbawa gelombang kebencian yang dalam
Kerudung putih hatiku
telah ternoda oleh sejuta kemunafikan sejati
Namun semua itu
t’lah tertiup angi-angin bunga kedamaian
Benih-benih cinta
yang pernah kering kerontang oleh semburan kegeraman
Kini
t’lah bangkit kembali bagai semburatnya mentari di pagi hari
Kehangatan sinarnya
membuat hatiku tentram dan nyaman
Ya …Allah
Semoga sinar mentari itu tidak hanya semu saja
Yang kehadirannya
hanya sekedar memenuhi tugas semata
karena terhalang oleh awan hitam yang bergumpal pekat
membuat bunga-bunga cinta ini
hanya sebatas diterangi saja tanpa merasakan kehangatan sinarnya
[1] KH. Shidiq Aminullah, Drs, MBA, Jiwa Tanpa Topeng Kepalsuan Meretas Jalan Menjadi Diri Sendiri,2004,